Sepsis adalah suatu kumpulan gejala klinis yang disebabkan ketidakseimbangan respon tubuh terhadap infeksi berat. Keadaan ini merupakan kondisi yang mengancam jiwa, dimana terjadi respons tubuh terhadap infeksi yang masuk justru mencederai organ dan jaringannya sendiri. Sepsis dapat menyerang dewasa dan anak-anak. Hal ini menjadi masalah kesehatan yang cukup penting, karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian. Sepsis berat menjadi sebab utama >8% angka rawat inap di unit perawatan intensif anak (PICU) dan menyebabkan >4,5 juta kematian anak di seluruh dunia per tahunnya. Bayi berusia kurang dari satu tahun berisiko 10 kali lebih rentan mengalami sepsis dibandingkan dengan anak yang lebih besar.
Deteksi dini kondisi sepsis diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi lanjut seperti kegagalan fungsi beberapa organ, antara lain fungsi paru-paru, ginjal, liver dan jantung. Komplikasi lain dapat juga terjadi seperti kondisi syok septik ataupun sepsis berat dan kematian. Syok sepsis merupakan bagian dari sepsis dimana terjadi kelainan sirkulasi dan metabolik yang cukup besar sehingga dapat menyebabkan kematian. Sepsis yang memicu kegagalan organ mungkin dapat tersamar. Keberadaan sepsis perlu dipertimbangkan pada pasien dengan infeksi. Sebaliknya, infeksi yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ baru.
Penyebab infeksi dapat berasal dari infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Sumber infeksi juga dapat berasal dari mana saja, seperti infeksi saluran pernafasan (pneumonia), infeksi daerah perut (intrabdominal), infeksi saluran kemih, hepatobiliar, kulit, pembuluh darah, jaringan ikat dan lainnya. Selain itu, kondisi tubuh juga berpengaruh untuk memudahkan terjadinya sepsis, seperti usia yang masih sangat muda, pasien dengan kondisi imunitas tubuh yang menurun (immunocompromised), penyakit keganasan dan penyakit berat lainnya.
Adanya bukti infeksi ditegakkan secara klinis dan laboratoris. Secara klinis ditandai dengan berubahnya suhu tubuh, baik peningkatan (demam) atau turunnya suhu tubuh (hipotermia) pada bayi. Denyut jantung penderita meningkat (takikardia), atau menurun pada bayi (bradikardia), frekuensi nafas dapat meningkat, dan didapatkan adanya fokus infeksi, seperti batuk, diare, selulitis, pembesaran kelenjar getah bening, adanya nanah dan luka di tubuh. Gangguan kesadaran dapat pula terjadi dalam kondisi syok sepsis atau sepsis berat. Pemeriksaan laboratorium penunjang diperlukan untuk mendukung kondisi ini. Hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED), biomarker infeksi seperti procalcitonin dan c-reactive protein (CRP) serta data dukung lainnya diperlukan dan dilakukan secara berkala untuk memantau perjalanan sepsis ini.
Sepsis juga memerlukan pembuktian adanya mikroorganisme yang dapat dilakukan melalui pemeriksaan apus Gram, hasil biakan kultur kuman, atau polymerase chain reaction (PCR). Pencarian fokus infeksi lebih lanjut dilakukan dengan pemeriksaan analisis urin, feses rutin, lumbal pungsi dan pencitraan, serta pemeriksaan lain sesuai dengan dugaan sumber infeksi.
Tatalaksana ditujukan pada tatalaksana gangguan fungsi organ dan infeksi. Menghilangkan sumber infeksi dengan melakukan pembersihan daerah luka (debridement), mengeluarkan abses dan nanah (pus), melepas alat dan selang/kateter yang berada dalam tubuh merupakan bagian dari menghilangkan sumber infeksi.
Pemberian antibiotik yang cepat dan tepat diikuti dengan evaluasi berkala merupakan langkah yang menentukan terhadap tatalaksana sepsis ini. Keterlambatan pemberian antibiotik > 3 jam akan meningkatkan kemungkinan kematian 4,8 kali. Tatalaksana penunjang lain seperti pemberian oksigen, cairan, nutrisi dan pemantauan ketat diharapkan dapat menurunkan angka kematian pada pasien sepsis.
Pencegahan terjadinya sepsis dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pencegahan utama terjadinya infeksi dengan cara imunisasi lengkap, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, membersihkan luka, menghindari orang yang sakit, nutrisi yang adekuat, dan segera berobat ke layanan kesehatan apabila sakit. Pencegahan lapis kedua adalah mencegah infeksi tidak menjadi sepsis dengan cara diagnosis dini dan tatalaksana yang adekuat, sehingga kondisi infeksi tidak berkembang menjadi sepsis. Pencegahan terakhir adalah mencegah kondisi sepsis berujung pada kematian, yaitu dengan cara perawatan intensif yang adekuat dan dipantau berkala, sehingga kematian dapat dicegah.