Diabetes melitus atau kencing manis, adalah kondisi serius yang terjadi karena peningkatan kadar glukosa darah jangka panjang/ kronis akibat tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin yang cukup atau tidak dapat secara efektif menggunakan hormon insulin yang dihasilkan. Diabetes dapat menyebabkan kematian dan kecacatan jika tidak terkontrol atau bila terjadi komplikasi. Prevalensi DM tipe-1 di Indonesia semakin meningkat, saat ini data yang tercatat sampai 2023 terdapat 1645 anak. Jumlah tersebut jauh dari perkiraan IDF Atlas Reports 2022 yang menyebutkan jumlah total pasien DM di Indonesia sebanyak 13.311 pasien berusia < 20 tahun.
DM tipe 1 disebabkan oleh proses autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta pankreas penghasil insulin. Akibatnya, tubuh memproduksi sangat sedikit atau tidak ada insulin. DM tipe 2 terjadi akibat ketidakmampuan sel-sel tubuh untuk merespon insulin, yang disebut resistensi insulin. Dengan timbulnya resistensi insulin, hormon menjadi kurang efektif. Meskipun DM tipe 1 merupakan kasus terbanyak DM pada anak dan remaja, namum jumlah anak dan remaja dengan DM tipe 2 juga mengalami peningkatan paralel dengan meningkatnya prevalensi obesitas pada anak dan remaja. Dimana pertumbuhan ekonomi yang pesat telah mengakibatkan perubahan gaya hidup, pola makan dan sosio kultural.
Sebagian besar pasien DM tipe 1 mempunyai riwayat perjalanan penyakit klinis yang akut. Gejalanya adalah sering kencing, ngompol pada malam hari pada anak yang sudah besar, sering merasa haus, sering merasa lelah, sering merasa lapar tetapi berat badan menurun dengan drastis. Bila terjadi keterlambatan diagnosis anak akan memasuki periode ketoasidosis yang berakibat fatal yang menyebabkan kematian. Pasien biasanya datang dengan sesak nafas sehingga sering di diagnosis bronkopneumonia, muntah muntah, dehidrasi berat atau syok.
DM tipe 1 tidak selalu dapat dibedakan dengan mudah dengan DM tipe 2. Gejala klasik diabetes seperti sering lapar, sering haus dan sering kencing juga merupakan gejala DM tipe 2. Umumnya anak DM tipe 2 dengan obesitas, hipertensi, dislipidemia dan ditemukan acanthosis nigricans yaitu kehitaman pada leher dan ketiak seperti daki yang sulit dibersihkan.
Penting dipahami bahwa diabetes tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup anak dapat dipertahankan seoptimal mungkin dengan kendali metabolik yang baik. DM tipe 1 membutuhkan pengobatan insulin seumur hidup. Karena tubuh tidak mampu memproduksi insulin jadi harus ditambah.
Untuk tumbuh dan dapat beraktivitas dibutuhkan energi yang kita dapatkan dari makanan yang kita makan. Makanan yang kita makan dipecah menjadi glukosa, glukosa perlu masuk ke dalam sel sebelum dapat digunakan sebagai energi. Insulin berfungsi untuk membuka pintu ke dalam sel- sel tubuh sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan digunakan.
Tujuan terapi insulin adalah menjamin ketersedian insulin yang cukup selama 24 jam akibat efek glikemia makanan. Insulin diberikan dengan cara di suntikan secara subkutan dengan suntikan berulang pada lengan atas, bokong paha dan perut atau dengan pompa insulin. Jumlah insulin yang diberikan disesuaikan dengan aktivitas dan apa yang dimakan anak. Gula darah di monitor secara berkala dengan alat glukometer setidaknya 4-6 kali sehari dan angka yang didapat dituliskan pada buku harian khusus.
Pengaturan makan pada pasien DM tipe 1 bertujuan untuk mencapai kendali metabolik yang baik tanpa mengabaikan kalori yang dibutuhkan untuk metabolisme basal, pertumbuhan dan pubertas. Sedangkan pada DM tipe 2 bertujuan mengurangi asupan kalori dan penurunan berat badan. Makanan mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral. Karbohidrat, protein dan lemak merupakan penyumbang energi terbesar. Karbohidrat merupakan nutrien yang paling berpengaruh terhadap kadar glukosa darah.
Jenis karbohidrat yang dianjurkan adalah yang berserat tingi, indeks glikemik dan glikemik load rendah. Komposisi makanan yang disarankan perhari adalah karbohidrat 50-55%, lemak 30-35% dan protein 10-15%. Modifikasi diet yang disarankan adalah menghindari minuman yang mengandung gula. Hal ini termasuk menghindari asupan makanan yang terbuat dari gula seperti permen dan manisan lain. Penggunaan pemanis buatan tanpa kalori yang telah disetujui BPOM diijinkan dalam jumlah terbatas. Meningkatkan asupan buah buahan dan sayuran. Mengurangi asupan makanan dalam kemasan dan makanan instan, mengajarkan cara memahami label komposisi gizi dalam label makanan. Mengusahakan makan pada waktunya bersama keluarga dan menghindari makan sambal mengerjakan aktivitas seperti menonton TV, main telepon genggam atau aktivitas dengan komputer.
Aktivitas fisik merupakan bagian penting dalam tata laksana DM tipe 1 dan tipe 2. Pada pasien DM olah raga dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah, menurunkan berat bdan, mempertahankan berat badan ideal dan menimbulkan perasaan sehat atau well being dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin sehingga mengurangi kebutuhan insulin. Anak DM tipe 1 yang memutuskan untuk berolahraga dengan intensitas sedang- berat diharapkan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang merawat sebelum memulai program olah raganya.
Pada anak DM tipe 2 sesuai rekomendasi WHO mengenai aktivitas fisik anak usia 5- 17 tahun yaitu melaksanakan aktivitas fisik sedang atau berat yang menyenangkan setidaknya 60 menit setiap hari dan merupakan aktivitas aerobik. Anak dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari seperti menggunakan tangga, jalan kaki, bersepeda, membantu pekerjaan rumah tangga. Konsensus pada pakar menunjukan bahwa hanya 10% anak DMT2 yang berhasil mengendalikan kadar gula darah dengan perubahan gaya hidup saja. Untuk itu diperlukan terapi medikamentosa. Terapi inisial DM tipe 2 adalah metformin dan insulin tergantung gejala, beratnya hiperglikemia dan ada tidaknya ketosis.
Komplikasi dari DMT1 jangka pendek yang sering terjadi adalah hipoglikemi dan hiperglikemi dan Ketoasidosis diabetikum (KAD). Gejala hiperglikemi ( gula darah tinggi ) adalah selalu merasa haus, sering buang air kecil, pandangan kabur, mulut terasa kering dan merasa lelah. Hiperglikemi terjadi karena melewatkan suntikan insulin, dosis insulin terlalu sedikit, makan terlalu banyak, aktivitas lebih sedikit dari biasanya atau sedang dalam keadaan sakit. KAD merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Pada remaja hampir selalu disebabkan karena ketidak patuhan penggunaan insulin. Gejala KAD adalah nyeri perut, mual muntah, dehidrasi, nafas bau aseton, nafas cepat, kesadaran menurun dan pada tahap akhir bisa jatuh pada koma yang dapat berlanjut pada kematian bila tidak dikenali secara dini dan tidak ditatalaksana dengan tepat.
Hipoglikemia atau gula darah rendah terjadi karena ketidak seimbangan dosis insulin dan makanan yang di konsumsi, lebih banyak beraktivitas dari biasa tapi belum menyesuaikan dosis insulin. Gejalanya adalah anak gelisah, keras kepala, tantrum, gemetar, lemah, sangat kelaparan, sulit bicara, pandangan kabur, berkeringat malam, mimpi buruk, terbangun malam hari karena mimpi buruk. Hipoglikemia dapat berakibat serius yang dapat menyebabkan koma dan berlanjut pada kematian bila tidak ditangani dengan cepat. Bila gula darah rendah makanlah makanan atau minuman yang manis, jika merasa lebih baik lanjutkan dengan makan.
Komplikasi jangka Panjang DM tipe 1 hampir sama dengan komplikasi DM tipe 2 yaitu retinopati yang dapat menyebabkan pasien kehilangan penglihatan, nefropati yang dapat berlanjut menjadi gagal ginjal yang membutuhkan cuci darah, neuropati atau gangguan syaraf yang menyebabkan rasa kebas dan mati rasa, hipertensi, stroke, serangan jantung dan peningkatan indek lipid.
Dengan pengelolaan diabetes yang baik diharapkan anak dapat adalah anak dapat bebas dari gejala penyakit, tumbuh kembang optimal, dapat menikmati kehidupan sosial, dan terhindar dari komplikasi. Anak dengan diabetes tetap dapat beraktivitas, dan mencapai cita-citanya. Diperlukan pemahaman, pengertian, dan dukungan dari semua pihak untuk keberhasilan pengobatan anak dengan diabetes.