Children Get Rheumatic Disease Too

Diperbarui 27/04/2022

Apa itu penyakit rematik?

Penyakit rematik merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan kronik yang melibatkan tulang, sendi dan otot. Walaupun umumnya ditemukan pada orang dewasa, penyakit ini dapat juga terjadi pada anak-anak. Kondisi ini bisa merupakan gejala yang berdiri sendiri yang hanya melibatkan murni sendi dan otot saja. Akan tetapi, bisa juga merupakan bagian dari penyakit sistemik yang lain.

Berapa banyak kejadian penyakit rematik pada anak?

Penyakit rematik bisa terjadi di semua usia baik pada dewasa maupun pada anak-anak. Penyakit rematik pada anak bisa  terjadi pada satu  dari 1000 anak dan sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan lelaki dengan perbandingan 3-6 : 1. 

Apa gejala yang timbul pada penyakit rematik pada anak?

Gejala penyakit rematik bermacam-macam; dari persendian dan dapat juga gejala diluar (selain) persendian. Gejala persendian yang dapat timbul adalah peradangan sendi yang ditunjukkan dengan gejala:

  • Pembengkakan sendi disertai dengan gejala seperti teraba hangat, merah.
  • Nyeri pada persendian, baik saat digerakkan ataupun beristirahat.
  • Kekakuan sendi pada pagi hari atau setelah beristirahat.
  • Keterbatasan dalam pergerakan.
  • Berjalan pincang akibat dari nyeri pada sendi atau mungkin malah tidak mau berjalan sama sekali.

Adanya gejala di luar sendi menunjukkan kemungkinan adanya keterlibatan sistemik.

Contoh dari gejala diluar sendi adalah:

  • Demam, rasa lelah yang berlebihan, tidak nafsu makan, penurunan berat badan
  • Keterlibatan kulit: ruam kemerahan di wajah atau pipi atau pertengahan hidung yang sering menyerupai bentuk kupu-kupu; kulit menjadi sensitif dan kemerahan apabila terkena sinar matahari yang sering terlihat disekitar wajah; rambut rontok yang berlebihan, ruam-ruam dikepalan tangan, kaki, lutut dan siku; sering mengalami sariawan terutama di langit-langit mulut dan tidak nyeri.
  • Keterlibatan mata: nyeri pada mata, mata merah, rasa silau bila terkena cahaya, nyeri kepala atau pandangan mata kabur.
  • Keterlibatan sel darah: pucat karena kekurangan sel darah merah; sering timbul lebam karena trombosit yang turun; disertai jumlah sel darah putih menjadi turun.
  • Keterlibatan ginjal:  buang air kecil merah; sembab pada mata terutama pagi yang menghilang setelah siang.
  • Keterlibatan saraf: kejang; nyeri kepala; tampak murung ataupun mudah marah; kesulitan konsentrasi dan mengingat; kelemahan otot; susah berdiri dari jongkok. 
  • Keterlibatan pencernaan: nyeri menelan; nyeri perut; diare; dan kuning.
  • Keterlibatan saluran pernafasan dan kardiovaskuler: sesak nafas, jantung berdebar-debar.

Penyakit apa saja yang bisa berhubungan dengan penyakit rematik pada anak ?

Penyakit rematik ini bisa merupakan gejala yang hanya melibatkan tulang, sendi dan otot saja tetapi bisa merupakan bagian dari penyakit sistemik lain. Penyakit rematik anak yang hanya melibatkan sendi dan otot saja contohnya adalah artritis idiopatik juvenil (AIJ). Penyakit peradangan sistemik yang bisa melibatkan juga peradangan pada sendi dan otot misalnya lupus eritematosus sistemik (LES), dermatomiositis juvenil (DMJ),  penyakit Kawasaki, skleroderma, fibromialgia, demam rematik akut dan penyakit inflamasi lainnya.  Gangguan sistemik ini tidak hanya melibatkan sendi dan otot saja, tetapi bisa memengaruhi berbagai organ penting lainnya, seperti kulit, ginjal, jantung, usus, otak, dan mata.

Apa penyebab penyakit rematik pada anak?

Penyebab pasti sebagian besar penyakit rematik pada anak belum diketahui secara pasti, tetapi penyakit ini diduga ada keterlibatan banyak faktor meliputi peranan genetik tertentu, peranan sistem imun, lingkungan, infeksi bakteri atau virus tertentu, serta pengaruh hormon. 

Siapa saja yang berisiko terkena penyakit rematik pada anak?

Penyakit rematik pada anak bisa mengenai semua tingkat usia dan berbagai etnis atau ras. Tetapi beberapa faktor tertentu yang bisa menjadi faktor risiko ;

  • Pada penyakit AIJ, kondisi terjadi lebih sering pada anak dibawah usia 16 tahun.
  • Pada penyakit lupus, perempuan lebih sering terjadi dibandingkan lelaki, dengan usia diatas 10 tahun.
  • Pada kondisi peradangan kronis pada tulang belakang lebih sering terjadi pada anak lelaki.
  • Anak yang memiliki riwayat keluarga terkena penyakit autoimun.

Bila saya curiga anak saya sakit rematik apa yang harus dilakukan?

Bila ada kecurigaan ke arah penyakit rematik atau anak menunjukkan gejala penyakit rematik maka segeralah bawa anak anda untuk diperiksa oleh dokter. Apabila anak anda mengalami nyeri sendi atau berjalan pincang, tidak disarankan untuk diurut-urut karena ditakutkan terjadi perdarahan, trauma pada otot dan jaringan lunak sekitar. Untuk meredakan nyeri sementara anak dapat diberikan parasetamol atau obat-obatan anti radang lainnya sesuai dengan petunjuk dokter. 

Bagaimana pengobatan penyakit rematik pada anak ? Apakah pengobatan akan seumur hidup?

Pengobatan penyakit rematik akan berbeda tergantung jenis penyakit rematik yang diderita. Tujuan pengobatan penyakit rematik pada anak antara lain: mengatasi nyeri dan peradangan, menjaga fungsi sendi, mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak serta memperbaiki kualitas hidup. 

Bila ini merupakan bagian dari penyakit sistemik lainnya, tatalaksana yang dilakukan akan  mengikuti pengobatan pada penyakit dasarnya. Pengobatan penyakit rematik pada anak meliputi tatalaksana dengan pemberian obat, fisioterapi (rehabilitasi) ataupun tatalaksana bedah (apabila sudah terjadi kerusakan berat pada sendi). 

Penyakit rematik pada pada anak dapat mengalami kondisi dimana anak tidak menunjukkan gejala setelah mendapat pengobatan atau dikenal dengan istilah remisi, tetapi dapat juga menetap sampai dewasa bahkan seumur hidup. Pada kasus tertentu obat-obatan  dihentikan  satu tahun setelah bebas gejala/ remisi klinis. Namun pada kasus yang lain yang lebih berat, pengobatan bisa diberikan dalam jangka waktu panjang bahkan dilanjutkan sampai pasien dewasa.

Apa ada makanan tertentu yang harus dihindari pada penyakit rematik anak?

Tidak ada pertimbangan atau diet khusus yang harus diberikan pada anak dengan penyakit rematik. Penting untuk diingat bahwa anak-anak masih membutuhkan nutrisi yang seimbang untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal sehingga semua makanan sehat dan bergizi dengan nilai kecukupan gizi yang baik dapat diberikan. 

Bila pada kondisi khusus anak terpaksa harus diberikan obat yang mengandung steroid, konsumsi garam yang berlebihan harus dihindari, karena berisko menaikkan tekanan darah. Selebihnya, makan dengan gizi seimbang dan sehat dapat diberikan pada anak. Garam dan gula dapat diberikan secukupnya sesuai dengan penerapan hidup sehat.

Kompilkasi apa saja yang bisa terjadi pada penyakit rematik pada anak ?

Komplikasi yang ditimbulkan penyakit rematik dapat berasal dari penyakitnya sendiri dapat pula akibat efek samping  penggunaan obat yang dipakai. Komplikasi ini dapat berupa kerusakan pada persendian dan tulang yang akan mengakibatkan: 

  • Anak tampak menjadi kesulitan berjalan, 
  • Perubahan ukuran panjang kaki yang berbeda pada bagian yang mengalami peradangan, 
  • Kelainan bentuk permanen pada sendi dan tulang yang terlibat.

Akibat dari komplikasi ini akan mengganggu pergerakan, aktivitas sehari-hari  dan kualitas hidup penderita serta adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Adanya gangguan psikis (mental) dan sosial merupakan masalah yang tak kalah penting. Anak sering merasa minder dan tidak percaya diri karena kondisi penyakitnya tersebut, dan anak sering membatasi interaksi dengan lingkungan dan pergaulan sekitarnya.

Tiga puluh tahun terakhir terdapat kemajuan sangat pesat dalam hal tatalaksana penyakit rematik anak seiring dengan banyaknya penelitian tentang pengobatan penyakit rematik anak. Sebelumnya, tidak banyak pilihan terapi yang dapat digunakan sehingga anak dengan penyakit rematik sangat menderita akibat nyeri dan kerusakan sendi yang menyebabkan kecacatan seumur hidup. Adanya kemajuan dalam pengobatan berdampak makin meningkatnya angka remisi sehingga mampu menekan kerusakan permanen yang terjadi.

Pediatric Rheumatologists European Society (PRES) dan European Network for Children with Arthritis (ENCA) berkolaborasi menetapkan hari penyakit rematik anak sedunia yang diperingati setiap tanggal 18 Maret. Peringatan hari rematik anak ini  bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran bukan hanya dari para dokter dan praktisi kesehatan lainnya namun juga para orang tua bahwa penyakit rematik dapat terjadi pada anak. Adanya kewaspadaan dini ini diharapkan anak yang menderita penyakit rematik dapat didiagnosis lebih dini sehingga tatalaksana yang dilakukan juga lebih awal agar tidak terjadi kerusakan permanen pada muskuloskeletal dan organ penting lainnya.

Referensi:

  1. Prakken B, Albani S, Martini A. Juvenile idiopathic arthritis. Lancet. 2011; 377: 2138–49. 
  2. Islam MI, Taliukder MK, Rahman S. An approach to a child with arthritis. Bangladesh J Child Health. 2014;38:109–16.
  3. Lundberg V, Eriksson C. Health-related quality of life among Swedish children with juvenile idiopathic arthritis: parent-child discrepancies, gender differences and comparison with a European cohort. Pediatr Rheumatol Online J. 2017;15:26. 
  4. Van Dijkhuizen EHP, Egert T, Egert Y. Patient’s experiences with the care for juvenile idiopathic arthritis across Europe. Pediatr Rheumatol Online J. 2018; 16:10. 
  5. Smith E, Gray W, Taylor-Robinson D, Foster H, Beresford MW. Predictors of access to care in jSLE—evidence from the UK jSLE cohort study. Ann Rheum Dis. 2012; 71: 676. 
  6. Foster HE, Eltringham MS, Kay LJ, Friswell M, Abinun M, Myers A. Delay in access to appropriate care for children presenting with musculoskeletal symptoms and ultimately diagnosed with juvenile idiopathic arthritis. Arthritis Rheum. 2007; 57: 921–27.
  7. Feger DM, Longson N, Dodanwala H, Ostrov BE, Olsen NJ, June RR. Comparison of adults with polyarticular juvenile idiopathic arthritis to adults with rheumatoid arthritis: a cross-sectional analysis of clinical features and medication use. J Clin Rheumatol. 2019;25:163–70. 
  8. Yuwen W, Lewis FM, Walker AJ, Ward TM. Struggling in the dark to help my child: parents’ experience in caring for a young child with juvenile idiopathic artritis. J Pediatr Nurs. 2017;37:e23–e29. 
  9. Khubchandani RP, D’souza S. Initial evaluation of a child with arthritis-an algorithmic approach. Indian J Pediatr. 2002;69:875–80.

Kontibutor:

dr. Edy Novery, Sp.A, M.Kes

Reviewer:

dr. R.A. Myrna Alia, SpA(K) MKes

dr. Dina Muktiarti, SpA(K)

Bagikan Artikel
Bagikan Artikel

Dapatkan Informasi Terbaru

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru seputar
Anak Indonesia Sehat!

Berlangganan
Notifikasi
0 Comments
Paling Lama
Paling Baru
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar
Anak Indonesia Sehat
Situs ini dibuat untuk para orang tua sebagai wadah pendukung untuk terciptanya pertumbuhan dan perkembangan Anak Indonesia Sehat.
magnifiercrosschevron-down