Dermatitis Atopik: Lesi Kemerahan dengan Rasa Gatal

Diperbarui 06/11/2021

Apakah Dermatitis Atopik?

Dermatitis atopik (DA) atau eksim atopik adalah penyakit merupakan kelainan kulit tersering pada anak terutama pada bayi. . Bayi dan anak yang mengalami DA umumnya memiliki keluhan dan gejala kulit kering, kemerahan, bersisik, dan gatal pada satu atau beberapa tempat di wajah, leher, lipatan siku/lutut, siku/lutut, pergelangan kaki hilang timbul, dan berlangsung lama (kronik).

Mengapa Dermatitis Atopik Menjadi Masalah Kesehatan?

Dermatitis atopik telah menjadi masalah kesehatan yang penting terutama pada bayi dan anak saat ini karena menyebabkan kondisi yang tidak nyaman pada bayi dan anak akibat iritasi dan rasa gatal yang dominan di daerah kulit sehingga dapat mengganggu proses tumbuh kembang bayi dan anak. Selain itu DA juga mengakibatkan tekanan atau beban pada keluarga, mempengaruhi pola makan dan tidur bayi, serta biaya kesehatan dan pengobatan. Pada sebagian besar pasien, DA merupakan penyakit alergi awal terjadi sebelum asma dan rinitis alergi di kemudian hari.

Apakah Penyebab Dermatitis Atopik?

Dermatitis atopi terjadi akibat interaksi multifaktorial, yaitu faktor genetik (keturunan), lingkungan, gangguan fungsi sawar (pelindung) kulit, faktor imunologik, dan infeksi.

Bagaimana Gambaran Klinis Dermatitis Atopik?

Berdasarkan usia pasien dan distribusi kelainan kulit, DA dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase infantil (0-2 tahun), anak (2 tahun-pubertas), dan dewasa.

  1. Fase infantil (usia 2 bulan – 2 tahun)

Umumnya lesi awal muncul pada usia 2 bulan, biasanya simetris pada kedua pipi, kemudian menyebar ke dahi, kulit kepala, telinga, leher, pergelangan tangan dan tungkai. Alergen (pencetus) yang berperan dalam fase ini adalah makanan, seperti susu sapi, telur, soya dan gandum.

  1. Fase anak (usia 2-10 tahun)

Fase ini dapat bersifat langsung maupun lanjutan dari fase infantil, muncul di lipat siku, lipat lutut, lesi juga bisa mengenai bagian luar sendi serta pergelangan tangan dan pergelangan kaki, kelopak mata dan leher.  Anak dapat mengalami gangguan fungsional karena nyeri apabila timbul luka pada kulit.  Pada dermatitis berat (lebih dari 50% luas permukaan tubuh) seringkali terjadi gangguan psikologis.  Alergen yang berperan dalam fase ini adalah aeroalergen (pencetus yang dihirup) seperti tungau, debu rumah, wol dan serpihan hewan piaraan selain alergi makanan.

  1. Fase remaja dan dewasa (usia > 13 tahun)

Lesi khas pada fase ini adalah eksim likenifikasi (penebalan kulit) pada daerah lipatan, plak hiperpigmentasi (perubahan warna kulit menjadi lebih gelap), dan skuama (bersisik) di pergelangan tangan, pergelangan kaki, leher dan kelopak mata. Gatal terutama pada malam hari yang berkaitan dengan kondisi psikologis, sehingga pasien dewasa sering mengeluh kelainan ini dicetuskan oleh gangguan emosional. Kekambuhan terjadi saat terpajan dengan alergen spesifik atau lingkungan tertentu.

Bagaimana Tata laksana Dermatitis Atopik?

Tata laksana menyeluruh pada DA diperlukan karena DA merupakan interaksi  multifaktorial yang kompleks. Tatalaksana bertujuan untuk mengurangi tanda dan gejala penyakit dan juga mencegah kekambuhan di kemudian hari.  Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Dermatitis Atopik di Indonesia yang disusun oleh Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia dan Kelompok Studi Imunodermatologi Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia bekerjasama dengan Unit Kelompok Koordinasi Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, menyebutkan bahwa tatalaksana DA meliputi penghindaran dan modifikasi faktor pencetus lingkungan/modifikasi gaya hidup, memperkuat dan mempertahankan fungsi sawar kulit yang optimal, menghilangkan penyakit kulit inflamasi, mengendalikan dan mengeliminasi siklus gatal-garuk, dan edukasi dan empowerment pasien serta caregivers.

Bagaimana Perawatan Kulit pada Dermatitis Atopik?

 Perawatan Saat Mandi:

  • Mandi 1-2x sehari dengan menggunakan air hangat kuku (suhu 36-37 derajat Celcius).
  • Lama mandi kira-kira 10-15 menit.
  • Menggunakan sabun yang mengandung pelembab, pH 5,5-6, tidak mengandung pewarna dan pewangi.
  • Mencegah bahan iritan saat mandi, seperti sabun anti septik

 Perawatan Setelah Mandi

  • Setelah mandi segera (dalam waktu 3 menit setelah mandi), oleskan pelembab ke seluruh kulit kecuali kulit kepala.
  • Cara aplikasi: menggunakan tangan, dioleskan tipis di seluruh permukaan kulit kecuali kulit kepala, apabila kulit terkena air atau bahan lain dalam waktu kurang dari 5 menit setelah pengolesan, prosedur diulang kembali

Perawatan Kulit lainnya

  • Memakai pakaian yang ringan, lembut, halus, dan menyerap keringat
  • Mencegah bahan iritan, seperti deterjen, sabun cair pencuci priring, dan desinfektan saat mencuci pakaian bayi
  • Menghindari faktor pencetus alergen, seperti tungau debu rumah, binatang peliharaan, dan serbuk bunga
  • Menjaga suhu ruangan tempat bayi berada agar tidak ekstrim, seperti terlau panas atau terlalu dingin
Ditulis Oleh:
Dr. Molly Dumakuri, SpA(K)
Ditinjau Oleh:
Dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K)
Bagikan Artikel
Ditulis Oleh:
Dr. Molly Dumakuri, SpA(K)
Ditinjau Oleh:
Dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K)
Bagikan Artikel

Dapatkan Informasi Terbaru

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru seputar
Anak Indonesia Sehat!

Berlangganan
Notifikasi
0 Comments
Paling Lama
Paling Baru
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar
Anak Indonesia Sehat
Situs ini dibuat untuk para orang tua sebagai wadah pendukung untuk terciptanya pertumbuhan dan perkembangan Anak Indonesia Sehat.
magnifiercrosschevron-down