Tumbuh Kembang Remaja yang Perlu Diketahui Orangtua

Diperbarui 06/11/2021

Remaja adalah masa transisi dari periode anak menuju periode dewasa. Pada masa ini terjadi banyak perubahan pesat yang perlu mendapat perhatian dari orangtua. Agar remaja dan orangtua dapat mengatasi transisi ini dengan baik, penting untuk mengerti bagaimana dan apa yang terjadi selama transisi ini secara fisik, kognitif, sosial serta bagaimana peran orangtua dan dewasa lainnya membantu proses ini.

Pertumbuhan fisik

1. Pacu tumbuh yang pesat, yaitu pertambahan tinggi dan berat badan yang cepat.

Pertumbuhan remaja laki-laki berbeda dengan remaja perempuan. Anak perempuan mengalami pacu tumbuh 2 tahun lebih awal daripada laki-laki.

2. Perkembangan seks sekunder yang karakteristik.

Selama pubertas terjadi perubahan kadar hormonal yang berperan dalam perkembangan seks sekunder, termasuk pertumbuhan rambut pubik dan ketiak, menarke (haid pertama) pada remaja perempuan atau pertumbuhan penis pada remaja laki-laki, perubahan suara pada remaja laki-laki, peningkatan produksi kelenjar minyak dan keringat dan pembentukan jerawat.

Pada anak perempuan, tanda pubertas pertama adalah pertumbuhan payudara, berupa penonjolan putting disertai pembesaran daerah areola dan terjadi pada umur sekitar 8-12 tahun. Haid pertama (menarche) terjadi pada stadium lanjut pubertas dan sangat bervariasi antar individu dan rata-rata terjadi pada umur 10,5-15,5 tahun dan kecepatan pertumbuhan tinggi badan mulai menurun.

Pada anak laki-laki, pacu tumbuh tinggi badan dimulai sekitar 1 tahun setelah terjadi pembesaran testis, yaitu sejak dari umur 10,5-16 tahun atau 17,5 tahun.

Apa yang tampak akibat perubahan ini:

  • Remaja sering tidur lebih lama, penelitian menunjukkan remaja membutuhkan tidur lebih lama, rata-rata sekitar 9 ½ jam pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya yang begitu cepat.
  • Remaja perempuan sangat sensitif terhadap berat badannya. Keprihatinan ini timbul akibat kenaikan berat badan yang cepat, 62% remaja dilaporkan berusaha mengurangi berat badannya, dan 1-3% remaja perempuan terobsesi dengan berat badannya dan menimbulkan gangguan makan berat seperti anoreksia nervosa atau bulimia.
  • Kecepatan perkembangan fisik antar remaja di kelompoknya tidak sama, dapat lebih cepat (early-maturers) atau lebih lambat (late-maturers). Maturasi dini pada remaja laki-laki membuatnya lebih popular dan memegang posisi memimpin di kelompoknya, sedangkan pada remaja perempuan cenderung menjadi depresi, gangguan makan dan ansietas.

Perlakuan orangtua terhadap perkembangan fisik remaja

  • Tidak mengkritik atau membandingkan antar remaja
  • Anjurkan remaja untuk mendapatkan cukup tidur, mencoba untuk mengerti bila remaja tidur sampai siang hari di akhir pekan
  • Anjurkan dan beri contoh kebiasaan makan sehat
  • Anjurkan dan beri contoh latihan fisik, dengan latihan fisik akan membakar kelebihan kalori dan menguatkan otot-otot serta membantu remaja menjadi lebih nyaman dengan perubahan tubuhnya.
  • Memberikan pendidikan reproduksi remaja yang benar.
  • Membangun kedekatan emosional dan komunikasi yang baik dengan anak
  • Memberikan pengetahuan agama dan akhlak sejak dini, sehingga anak sudah memiliki pondasi aqidah dan akhlak yang baik sejak dini serta pola asuh yang baik dan tepat sejak usia dini.

3. Perkembangan otak lanjutan.

Penelitian menunjukkan masih terjadi perkembangan koneksi saraf-saraf yang berhubungan dengan emosi dan kemampuan mental sampai masa akhir remaja.

Perkembangan kognitif remaja berupa:

  • Perkembangan ketrampilan penalaran lanjutan (advanced reasoning skills), kemampuan berpikir mengenai berbagai opsi dan kemungkinan, proses berpikir yang lebih logis dan kemampuan berpikir secara hipotetik, menyangkut bertanya dan menjawab pertanyaan “bagaimana kalau…?”.
  • Perkembangan kemampuan berpikir abstrak, contohnya seperti kejujuran, kepercayaan.
  • Perkembangan kemampuan berpikir mengenai pendapat dalam proses dikenal seagai meta-cognition yang memungkinkan seorang individu berpikir mengenai bagaimana perasaannya, apa yang dipikirkan, bagaimana agar dapat diterima oleh individu lain.

Apa yang tampak pada remaja?

  • Remaja memperlihatkan tingkat kesadaran diri yang bertambah.
  • Remaja cenderung menunjukkan “ it can’t happen to me syndrome”, akibatnya remaja mengambil risiko bahaya yang tidak perlu seperti minum dan mengemudi, merokok.
  • Remaja cenderung menunjukkan justice orientation, peka adanya inkonsisten antara ucapan dan perbuatan orang dewasa.

Apa yang dapat dilakukan orangtua?

  • Diskusikan bersama mengenai aturan perilaku dan akibatnya agar remaja lebih berperan aktif dalam menentukan sikapnya.
  • Berikan kesempatan untuk para remaja untuk ikut dalam mengontrol perilaku yang berisiko, pelayanan komunitas.

4. Perkembangan psikososial

  • Mencari identitas, merupakan salah satu tugas penting remaja, remaja mulai mengintegrasikan opini dari orang berpengaruh lainnya (orangtua, teman dll) menjadi panutannya atau bukan.
  • Membangun otonomi, menjadi ketaktergantungan dan bebas mengatur dirinya sendiri dalam suatu hubungan.
  • Membangun keakraban, keakraban merujuk pada hubungan dekat dengan adanya keterbukaan, kejujuran, kepercayaan dan saling menjaga.
  • Ketertarikan dengan seks.
  • Pencapaian, masa remaja adalah waktu dimana remaja dapat mulai melihat hubungan antara kemampuan yang dimilikinya dengan rencana dan aspirasi kejuruan masa depannya.

5. Risiko kesehatan remaja.

Sebagian besar penyakit remaja disebabkan oleh keadaan yang dapat dicegah dan berhubungan dengan masalah perilaku, lingkungan dan sosial, meliputi:

  1. Risiko biomedik, meliputi riwayat imunisasi.
  2. Risiko fisik, menyangkut kebugaran, kebiasaan makan, trauma/kecelakaan, trauma terkait dengan kenakalan remaja.
  3. Risiko psikososial, menyangkut hal-hal yang terkait dengan sekolah/masalah belajar, hubungan antar teman,depresi, perlakuan salah (physical, sexual, emotional abuse).
  4. Risiko penggunaan zat-zat terlarang .Rokok, alkohol, obat-obat terlarang, penyalah gunaan resep dokter, penggunaan obat bebas yang melebihi dosis.
  5. Perilaku seksual.

5. Klinik remaja

Klinik remaja ini berbeda dengan klinik anak yang melayani konsultasi untuk anak yang lebih muda, dan klinik remaja diperlukan mengingat:

  • Remaja merasa bukan anak kecil lagi, namun bukan pula orang dewasa.
  • Masalah kesehatan remaja sangat beragam.
  • Remaja sering dianggap periode kehidupan yang paling sehat namun sebenarnya rentan menghadapi masalah kesehatan yang dipengaruhi gaya hidup, lingkungan, dan perilaku berisiko.
  • Tantangan yang dihadapi remaja saat ini jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
  • Remaja butuh tempat baginya untuk berkonsultasi seputar kesehatan remaja pada orang yang tepat.

Untuk mengatasi masalah kesehatan remaja ini, para orangtua dapat membawa remaja agar dapat berkonsultasi di klinik remaja, yang telah ada di beberapa rumah sakit, contohnya di poliklinik Kiara RSCM.

Namun sistim rujukan masalah remaja dimulai dari Puskesmas (sesuai dengan program Kemenkes).

Di Puskesmas, sebagai tingkat pelayanan kesehatan primer terdapat Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), merujuk WHO (2003) PKPR mempunyai karakteristik yang dapat terakses kepada semua golongan remaja, layak, dapat diterima, komprehensif, efektif, efisien, untuk itu memerlukan:

  • Kebijakan yang peduli remaja.
  • Prosedur pelayanan yang peduli remaja.
  • Petugas khusus dan petugas pendukung yang peduli remaja.
  • Fasilitas kesehatan yang peduli remaja.
  • Partisipasi/keterlibatan remaja dan masyarakat.
  • Pelayanan yang berbasis komunitas, menjangkau pelosok dan melibatkan teman sebaya untuk meningkatkan cakupan dan aksesabilitasnya.
  • Pelayanan sesuai standar dan komprehensif.
  • Pelayanan kesehatan remaja yang efektif dan efisien.

Pada pelayanan di Puskesmas, setelah pasien remaja melalui loket umum/ khusus/ langsung diregister di ruang konseling, dilakukan anamnesis (tanya jawab mengenai identitas remaja dan tentang kesehatan remaja), dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pelayanan konseling. Bila hasil pemeriksaannya tidak memerlukan pelayanan klinis medis, maka remaja tersebut boleh pulang atau konseling lanjutan bila diperlukan. Namun bila hasil pemeriksaannya remaja tersebut memerlukan pelayanan klinis medis / laboratorium, maka dilakukan tindakan pemeriksaan lanjutan  secara komprehensif.

Ditulis Oleh:
Dr. Jenni K Dahlia, Sp.A
Ditinjau Oleh:
DR. Dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K)
Bagikan Artikel
Ditulis Oleh:
Dr. Jenni K Dahlia, Sp.A
Ditinjau Oleh:
DR. Dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K)
Bagikan Artikel

Dapatkan Informasi Terbaru

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru seputar
Anak Indonesia Sehat!

Berlangganan
Notifikasi
0 Comments
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar
Anak Indonesia Sehat
Situs ini dibuat untuk para orang tua sebagai wadah pendukung untuk terciptanya pertumbuhan dan perkembangan Anak Indonesia Sehat.
magnifiercrosschevron-down