Kanker pada anak dapat menyerang anak hingga usia kurang dari 18 tahun. Penyebab kanker pada anak hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti tetapi faktor-faktor yang diduga berperan sebagai pencetus kanker diantaranya adalah faktor genetik; infeksi seperti HIV, virus Epstein-Bar; imunitas yang menurun; faktor lingkungan seperti terpapar bahan kimia, radiasi; dan faktor lainnya. Badan Kesehatan Dunia menyatakan bahwa setiap tahun sekitar 400.000 anak dan remaja terkena kanker. Kanker anak di Indonesia baik anak laki-laki maupun perempuan menurut data Global Burden Cancer (Globocan) tahun 2022 paling banyak adalah leukemia (kanker darah), tumor otak, limfoma non-Hodgkin, limfoma Hodgkin dan kanker nasofaring. Dari sumber lain dikatakan bahwa terdapat enam jenis kanker yang sering menyerang anak-anak dan mempunyai peluang untuk sembuh yang tinggi jika mendapat terapi yang adekuat diantaranya adalah leukemia, limfoma Burkitt, limfoma Hodgkin, retinoblastoma, tumor Wilms, dan Low-Grade glioma (tumor otak).
Penanganan kanker pada anak melibatkan kerja sama multidisiplin meliputi tenaga medis dan non-medis. Tenaga medis terdiri atas tim dokter spesialis anak konsultan hematologi onkologi beserta dokter spesialis lain dari berbagai disiplin ilmu dan keahlian, perawat anak khusus kanker, dietisien hingga ahli farmasi. Tenaga non-medis mencakup dukungan dari orang tua/keluarga, pemerintah maupun non-pemerintah seperti yayasan pemerhati kanker anak agar keberlangsungan terapi berjalan dengan baik. Modalitas pengobatan kanker pada anak secara umum dapat berupa terapi kuratif dan perawatan paliatif. Terapi kuratif dapat berupa kemoterapi, pembedahan, radioterapi ataupun terapi kombinasi berbagai terapi kuratif lainnya. Perawatan paliatif berupa berbagai pendampingan terapi kuratif yang sudah diberikan sejak awal terdiagnosis kanker.
KEMOTERAPI
Kemoterapi merupakan pengobatan dengan menggunakan obat sitotoksik. Obat ini secara klinis mempunyai efek sitotastik dengan cara mempengaruhi sintesis atau fungsi DNA sel kanker sehingga menghambat pertumbuhan dan menghancurkan sel-sel kanker. Awalnya, obat kemoterapi yang digunakan adalah obat tunggal, namun saat ini digunakan obat kemoterapi kombinasi (lebih dari satu jenis obat) karena terbukti mempunyai keberhasilan pengobatan yang lebih baik. Pemberian obat kemoterapi bisa melalui pembuluh darah dengan cara infus, suntikan, dan melalui mulut (oral) jika berupa tablet. Pilihan kemoterapi akan dijelaskan oleh tim dokter yang berwenang dan akan diberikan kepada keluarga terutama orang tua kemudian diputuskan atas kesepakatan bersama.
Selain menghancurkan sel-sel kanker, sayangnya kemoterapi juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel sehat lainnya di dalam tubuh, yaitu sel-sel yang secara alami membelah dengan cepat adalah sel rambut, sel yang melapisi mukosa, kelenjar reproduksi dan sel-sel di sumsum tulang yang menghasilkan darah. Hal ini yang dinamakan dengan efek samping pemberian kemoterapi. Efek samping bervariasi dari anak ke anak tergantung pada respons tubuh, jenis dan jumlah obat kemoterapi yang didapat serta dosis obat kemoterapi yang diterima. Efek samping tersering adalah mual, muntah, seriawan, diare, rambut rontok, gangguan pendengaran, gangguan berkemih, hingga gangguan fungsi hati dan jantung. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini kemoterapi tidaklah seburuk yang banyak orang pikirkan. Pada beberapa kasus, efek samping hilang setelah pengobatan selesai. Waktu pemberian kemoterapi juga bervariasi, ada yang mendapatkan perawatan setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan. Masa pengobatan ini diikuti dengan masa istirahat dengan tujuan memberikan kesempatan pada tubuh untuk membangun sel-sel baru yang sehat.
PEMBEDAHAN
Pembedahan dilakukan pada tumor padat, misalnya tumor otak, tumor Wilms dan retinoblastoma. Tujuan terapi pembedahan adalah untuk mengangkat tumor sebanyak mungkin. Terapi pembedahan dapat dikombinasi dengan terapi lain seperti radiasi atau kemoterapi. Radiasi atau kemoterapi dapat dilakukan sebelum terapi pembedahan dengan tujuan untuk mengecilkan ukuran tumor, ataupun setelah pembedahan untuk menghilangkan sel kanker yang tersisa. Efek pembedahan dapat berupa rasa nyeri, mual, muntah dan nyeri kepala. Efek jangka panjang tergantung tipe operasi, lokasi tumor dan ukurannya serta kondisi kesehatan anak dan faktor lainnya.
RADIASI
Radioterapi atau yang kita kenal sebagai terapi radiasi merupakan suatu tindakan medis untuk mengobati penyakit kanker atau tumor. Caranya dengan memberikan sinar X atau proton pada bagian tubuh yang terkena tumor atau kanker.
Tujuan radioterapi adalah :
Efek samping radioterapi :
NUTRISI
Status gizi pada pasien kanker anak dapat menentukan kesintasan dan kemanjuran modalitas terapi lainnya. Misalnya pada pasien yang terdiagnosis kanker dan memiliki status gizi buruk, maka dosis kemoterapi harus direduksi untuk karena gizi buruk juga dapat mempengaruhi kerja obat dalam tubuh anak, secara langsung mengurangi kemanjuran akibat rendahnya kadar Albumin yang bertugas sebagai transporter obat. Pasien anak penderita tumor padat dan tumor otak lebih berisiko untuk mengalami malnutrisi. Modalitas pengobatan kepada pasien kanker juga dapat menyebabkan perubahan status gizi, menjadi gizi buruk atau bahkan menjadi gizi lebih. Terapi Nutrisi adalah modalitas pendukung yang penting yang dapat menentukan keberhasilan modalitas terapi lainnya. Do and Dont’s dalam menyikapi perubahan status nutrisi pasien anak penderita kanker
DO
DONT’S
PERAWATAN PALIATIF
Pelayanan paliatif menurut WHO adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya yang menghadapi masalah terkait penyakit yang mengancam jiwa. Pada umumnya pelayanan paliatif ini dimulai sejak anak sudah terdiagnosis suatu penyakit yang mengancam jiwa dan dilanjutkan sesuai kondisi pasien. Manfaat pelayanan paliatif tidak hanya terbatas pada perawatan di akhir kehidupan, tetapi selama pasien menjalani pengobatan sejak awal terdiagnosis kanker. Pelayanan paliatif ini menekankan pada optimalisasi kualitas hidup, komunikasi, dan penanganan gejala yang dirasakan pasien.
Tujuan Pelayanan paliatif pada kanker anak untuk membantu mengontrol gejala akibat penyakitnya seperti mengatasi nyeri, lemas, penurunan berat badan, kecemasan, hingga emosi yang tidak stabil, mendapatkan dukungan sosial, dan spiritual. Pelayanan ini juga bertujuan untuk meringankan penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien kanker anak serta memberi dukungan pada orang tua dan keluarga lainnya. Pelayanan paliatif ini selain dapat diberikan di Rumah Sakit, dapat juga dilakukan di Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan/ rawat inap atau kunjungan rumah dalam bentuk (home care).
PERAWATAN DI RUMAH UNTUK ANAK YANG SEDANG MENJALANI KEMOTERAPI
KENDALA TATALAKSANA KANKER ANAK DI INDONESIA
Saat ini salah satu kendala tatalaksana kanker anak di Indonesia adalah kurangnya tenaga dokter Spesialis Anak Konsultan Hematologi-Onkologi Anak saat ini berjumlah 68 orang. Selain itu jumlah dokter spesialis anak 5496 (2023) dan belum tersebar merata, terutama di kawasan Timur Indonesia masih sedikit. Letak geografis Indonesia yang didominasi dengan pulau-pulau sehingga pusat layanan kanker sulit terjangkau sampai pelosok. Pusat layanan kanker anak di Indonesia saat ini masih berjumlah 20 rumah sakit, dan belum tersebar merata di seluruh Indonesia. Yang menjadi kendala berikutnya adalah tingkat pendidikan, sosio-ekonomi orang tua bervariasi dan kesadaran masyarakat tentang tanda awal dan deteksi dini sehingga pasien yang datang ke pusat layanan kanker rata-rata sudah pada stadium lanjut. Beberapa faktor lain dalam kendala tatalaksana kanker anak adalah beberapa obat belum tertanggung asuransi nasional (BPJS), ada juga obat yang belum tersedia di Indonesia.
DETEKSI DINI KANKER ANAK
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti faktor risiko dan penyebab kanker pada anak. Hal ini diduga merupakan interaksi 4 faktor, yaitu genetik, paparan zat kimia, virus, dan radiasi. Belum semua jenis kanker pada anak mempunyai metode untuk deteksi dini. Selain itu kanker pada anak juga tidak dapat dicegah. Diagnosis dini memiliki 3 komponen penting : kesadaran terhadap gejala oleh keluarga dan tenaga kesehatan di layanan primer, ketepatan dan kecepatan dalam evaluasi diagnosis, akses ke pengobatan sedini mungkin. Beberapa tanda bahaya jika terdapat pada anak adalah sebagai berikut :