STOP Pneumonia pada Anak: Lindungi, Cegah dan Obati!

Diperbarui 12/11/2021

Pnemonia adalah infeksi atau peradangan paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Pneumonia yang dijuluki sebagai “pembunuh yang terlupakan” (the forgotten killer”), merupakan penyebab kematian yang utama pada anak di dunia. Jumlah kematian anak akibat pneumonia lebih banyak dari kematian yang disebabkan oleh HIV, malaria dan campak. Setiap 39 detik, satu anak di dunia meninggal karena pneumonia; atau dalam satu hari 2.200 anak di dunia meninggal karena pneumonia. Di Indonesia, bersama dengan diare, pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita dan anak. 

Pneumonia merupakan penyakit yang bisa dicegah dan diobati. Oleh karena itu penting bagi para orang tua untuk mengetahui cara melindungi, mencegah dan mengenali gejala awal pneumonia, sehingga anak tidak terlambat dibawa ke dokter dan segera mendapatkan pengobatan yang adekuat untuk menghindarkan anak dari  kematian akibat pneumonia.

Siapa saja yang berisiko terkena pneumonia ?

Setiap anak bisa terkena pneumonia, tetapi ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya pneumonia, yaitu bayi atau anak dengan:

  • Gizi buruk
  • Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) 
  • Lahir kurang bulan (premature)
  • Tidak mendapat ASI
  • Tidak mendapat imunisasi
  • Tinggal di lingkungan kumuh dan padat
  • Orang tua perokok

Apa gejala pneumonia pada anak ?

Pneumonia umumnya didahului dengan gejala peradangan saluran pernapasan bagian atas (hidung dan tenggorokan)  berupa batuk, bisa disertai demam dan pilek. Beberapa hari kemudian infeksi tersebut kemudian menjalar ke paru yang menyebabkan kantong udara di paru terisi cairan sehingga pertukaran oksigen terganggu. Akibatnya anak mengalami kesulitan bernapas (napas cepat) dan terjadi kekurangan oksigen (hipoksemia).  Oleh karena itu gejala pneumonia pada anak berupa batuk, napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, napas cuping hidung, dan jika kondisi berat bisa terlihat kebiruan pada bibir dan lidah.  Anak yang mengalami pneumonia biasanya tampak lemah, tidak seaktif biasanya serta malas makan dan minum. 

Orang tua dapat mendeteksi adanya napas cepat pada anak dengan menghitung laju napas anak selama satu menit. Batasan napas cepat menurut usia anak adalah sebagai berikut:

  • Usia < 2 bulan: jika  laju napas 60x/menit atau lebih
  • Usia 2 - < 12 bulan: jika laju napas 50x/menit atau lebih
  • Usia 12-59 bulan: jika laju napas 40x/menit atau lebih

Apa yang harus dilakukan jika anak menunjukkan gejala pneumonia ?

Segera bawa ke dokter di praktek pribadi, klinik, Puskesmas atau Rumah Sakit. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah anak mengalami pneumonia dan memberikan pengobatan yang adekuat. Dokter juga akan memeriksa kadar oksigen anak. Jika terjadi kekurangan oksigen (hipoksemia), anak perlu dirawat inap untuk mendapat terapi oksigen, pengobatan serta perawatan lainnya. 

Pneumonia pada anak bisa dicegah dan ditangani dengan pendekatan yang terpadu.

  • Melindungi, dengan menerapkan pola pengasuhan baik sejak ibu hamil untuk menghindari melahirkan bayi  kurang bulan (premature) atau bayi dengan berat badan lahir rendah, dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat kandungan nutrisinya setelah usia 6 bulan.
  • Mencegah, dengan pemberian imunisasi lengkap. Beberapa vaksin bisa untuk mencegah terjadinya pneumonia, diantaranya Campak dan Rubella (MR), Diphtheria Pertussis Tetanus (DPT), dan Haemophilus Influenzae tipe B (HiB), pneumokokus (PCV) dan influenza. Selain itu pencegahan bisa dilakukan juga dengan menghindari polusi udara baik di dalam rumah maupun di lingkungan rumah tempat bermain anak. Asap rokok merupakan polusi yang meningkatkan risiko terjadinya pneumonia. Mencegah juga bisa dilakukan dengan kebiasaan cuci tangan yang benar dan penggunaan masker yang tepat di era pandemi ini. 
  • Mengobati sedini mungkin dengan segera membawa anak sakit ke fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas, rumah sakit atau klinik.  Pengenalan sedini mungkin gejala pneumonia ini dengan menghitung frekuensi napas anak saat mengalami keluhan batuk yang dilakukan saat kondisi tenang. Bila didapatkan napas cepat sesuai umur anak maka segera bawa ke fasilitas kesehatan. 

Mari kita cegah Pneumonia dan kematian anak akibat Pneumonia  dengan STOP Pneumonia:

S..........Sempurnakan ASI eksklusif selama 6 bulan dan lanjutkan pemberian ASI sampai 2 tahun 

T……….Taati jadwal dan lengkapi pemberian imunisasi

O.........Obatkan anak segera ke fasilitas kesehatan terdekat jika terdapat gejala awal pneumonia

P……….Perilaku hidup sehat dan pastikan kecukupan gizi anak

Dengan STOP Pneumonia kita akan menyelamatkan anak-anak Indonesia dari pneumonia. 

Bagikan Artikel
Bagikan Artikel

Dapatkan Informasi Terbaru

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru seputar
Anak Indonesia Sehat!

Berlangganan
Notifikasi
0 Comments
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar
Anak Indonesia Sehat
Situs ini dibuat untuk para orang tua sebagai wadah pendukung untuk terciptanya pertumbuhan dan perkembangan Anak Indonesia Sehat.
magnifiercrosschevron-down