Pnemonia adalah infeksi atau peradangan paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Pneumonia yang dijuluki sebagai “pembunuh yang terlupakan” (the forgotten killer”), merupakan penyebab kematian yang utama pada anak di dunia. Jumlah kematian anak akibat pneumonia lebih banyak dari kematian yang disebabkan oleh HIV, malaria dan campak. Setiap 39 detik, satu anak di dunia meninggal karena pneumonia; atau dalam satu hari 2.200 anak di dunia meninggal karena pneumonia. Di Indonesia, bersama dengan diare, pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita dan anak.
Pneumonia merupakan penyakit yang bisa dicegah dan diobati. Oleh karena itu penting bagi para orang tua untuk mengetahui cara melindungi, mencegah dan mengenali gejala awal pneumonia, sehingga anak tidak terlambat dibawa ke dokter dan segera mendapatkan pengobatan yang adekuat untuk menghindarkan anak dari kematian akibat pneumonia.
Siapa saja yang berisiko terkena pneumonia ?
Setiap anak bisa terkena pneumonia, tetapi ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya pneumonia, yaitu bayi atau anak dengan:
Apa gejala pneumonia pada anak ?
Pneumonia umumnya didahului dengan gejala peradangan saluran pernapasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) berupa batuk, bisa disertai demam dan pilek. Beberapa hari kemudian infeksi tersebut kemudian menjalar ke paru yang menyebabkan kantong udara di paru terisi cairan sehingga pertukaran oksigen terganggu. Akibatnya anak mengalami kesulitan bernapas (napas cepat) dan terjadi kekurangan oksigen (hipoksemia). Oleh karena itu gejala pneumonia pada anak berupa batuk, napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, napas cuping hidung, dan jika kondisi berat bisa terlihat kebiruan pada bibir dan lidah. Anak yang mengalami pneumonia biasanya tampak lemah, tidak seaktif biasanya serta malas makan dan minum.
Orang tua dapat mendeteksi adanya napas cepat pada anak dengan menghitung laju napas anak selama satu menit. Batasan napas cepat menurut usia anak adalah sebagai berikut:
Apa yang harus dilakukan jika anak menunjukkan gejala pneumonia ?
Segera bawa ke dokter di praktek pribadi, klinik, Puskesmas atau Rumah Sakit. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah anak mengalami pneumonia dan memberikan pengobatan yang adekuat. Dokter juga akan memeriksa kadar oksigen anak. Jika terjadi kekurangan oksigen (hipoksemia), anak perlu dirawat inap untuk mendapat terapi oksigen, pengobatan serta perawatan lainnya.
Pneumonia pada anak bisa dicegah dan ditangani dengan pendekatan yang terpadu.
Mari kita cegah Pneumonia dan kematian anak akibat Pneumonia dengan STOP Pneumonia:
S..........Sempurnakan ASI eksklusif selama 6 bulan dan lanjutkan pemberian ASI sampai 2 tahun
T……….Taati jadwal dan lengkapi pemberian imunisasi
O.........Obatkan anak segera ke fasilitas kesehatan terdekat jika terdapat gejala awal pneumonia
P……….Perilaku hidup sehat dan pastikan kecukupan gizi anak
Dengan STOP Pneumonia kita akan menyelamatkan anak-anak Indonesia dari pneumonia.