Pertumbuhan pada anak prematur berbeda dari anak yang lahir aterm, sehingga growth chart yang digunakan juga seharusnya berbeda. Pada anak prematur, usia yang digunakan sebagai parameter pertumbuhan seharusnya bukan usia kronologis. Namun, sebuah studi cross-sectional pada tahun 2013 melaporkan bahwa 71% pusat pediatrik menggunakan usia kronologis saat memasukkan hasil data antropometri anak-anak prematur yang lahir dengan usia gestasi dibawah 32 minggu. Hal ini menunjukan kurangnya pengetahuan klinisi mengenai cara menggunakan growth chart pada bayi prematur.
Anak dapat dikatakan lahir prematur jika lahir dibawah usia gestasi 37 minggu. Bayi prematur sendiri cenderung mempunyai kenaikan berat badan yang lebih lambat dibandingkan bayi aterm. Sayangnya, kurva pertumbuhan WHO yang direkomendasikan untuk anak usia 0 hingga 2 tahun dan kurva CDC yang direkomendasikan untuk anak usia diatas 2 tahun, tidak memfasilitasi pengukuran pertumbuhan untuk anak prematur.
Kurva Fenton dapat digunakan pada usia gestasi 22 minggu hingga 50 minggu. Maka saat memasukan berat badan anak prematur ke kurva fenton, masukan berat badan lahir sesuai usia gestasi anak. Setelah melewati usia gestasi 50 minggu, kurva dapat kembali menggunakan kurva pertumbuhan WHO dengan tetap menggunakan usia koreksi hingga usia koreksi 3 tahun.
Saat memasukan berat badan anak prematur ke kurva fenton, masukan berat badan lahir sesuai usia gestasi anak.
Kurva Fenton menggunakan pengukuran persentil, dimana pada tiap garis persentil terdapat angka 3%, 10%, 50%, 90%, dan 97%.
Setelah memasukan data antropometri menurut usia gestasi, status pertumbuhan bayi bisa diklasifikasikan sebagai berikut: