PENYAKIT REMATIK PADA ANAK, APA YANG PERLU WASPADAI?

Diperbarui 20/03/2023

Rematik pada Anak: Apa dan Mengapa Perlu Diwapadai?

           Penyakit rematik secara umum sering dikaitkan dengan penyakit pada orang dewasa atau orang tua, namun penyakit ini dapat pula mengenai kelompok usia anak. Penyakit rematik anak merupakan peradangan yang bersifat kronis (berlangsung dalam jangka waktu lama) pada sistem muskoloskeletal (mengenai tulang, otot, sendi, tendon, kulit, dan jaringan ikat sekitarnya). Kejadian penyakit ini termasuk jarang, diperkirakan mengenai 1 diantara 1000 anak.1

           Terdapat berbagai penyakit yang termasuk dalam penyakit rematik pada anak dari yang kejadiannya relatif sering sampai yang sangat jarang. Beberapa contoh penyakit yang termasuk penyakit rematik pada anak adalah juvenile idiopathic arthritis (JIA), systemic lupus erythematosus (SLE) yang lebih dikenal dengan sebutan Lupus, juvenile dermatomyositis, scleroderma, demam rematik, penyakit Kawasaki, Henoch-Schoenlein purpura, post-streptococcal reactive arthritis, dan lainnya.1-3

           Tergantung dari jenis diagnosis penyakitnya, penyakit rematik pada anak dapat terlokalisir atau dominan hanya pada kelainan otot, sendi, maupun kulit yang menyebabkan nyeri dan gangguan pergerakan sehingga dapat menganggu aktivitas sehari-hari anak. Pada jenis yang lebih berat atau menyeluruh (sistemik), penyakit rematik anak ini selain mengenai sistem muskuloskeletal juga mengenai organ-organ lain seperti ginjal, jantung, otak, saluran cerna, mata, dan lainnya. Sebagai tambahan, pada anak dengan penyakit rematik ini sering mengalami permasalahan psikologis dan sosial oleh karena penyakit ini bersifat kronis dan mengenai anak pada berbagai tahap perkembangan yang merupakan tahapan penting dalam kehidupannya.1,4

           Tatalaksana anak dengan penyakit rematik umumnya jangka panjang. Anak harus sering kontrol ke rumah sakit untuk memantau kondisi penyakitnya dan mengkonsumsi obat dalam jangka waktu lama.  Anak dapat mengalami gangguan gerak atau aktivitas sehari-hari, bahkan dapat terjadi perubahan pada tampilan fisik oleh karena penyakitnya, semua ini dapat memengaruhi anak dalam berbagai aspek kehidupannya. Melihat besarnya efek yang dapat ditimbulkan oleh penyakit rematik ini pada kualitas hidup seorang anak maka sangat diperlukan deteksi dini dan penanganan secara menyeluruh dari berbagai aspek agar anak dapat tetap tumbuh dan berkembang seperti anak seusianya dan memperoleh kualitas hidup yang baik.           

           Deteksi dini merupakan kunci penting pada terapi penyakit kronis termasuk penyakit rematik pada anak. Hal ini karena dengan pengenalan dini maka penyakit ini umumnya akan lebih mudah diterapi, kemungkinan untuk terkontrolnya menjadi lebih besar, komplikasi akan lebih sedikit terjadi, sehingga luaran nya pun akan menjadi lebih baik.1 Namun demikian, sampai saat ini masih sangat banyak terjadi keterlambatan diagnosis dan akses terhadap terapi adekuat yang dilaporkan dari berbagai belahan dunia. Keterlambatan ini disebabkan oleh berbagai hal yaitu kurangnya kewaspadaan pada penyakit rematik anak, jalur rujukkan yang terbatas, faktor budaya, faktor geografis, dan kurangnya sumber daya manusia pada bidang rematik anak.4 Diantara berbagai faktor, kurangnya kewaspdaan terhadap penyakit rematik anak oleh masyarakat umum maupun tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor kunci penyebab keterlambatan pengenalan dan terapi pada penyakit ini. Oleh karena itu diadakan suatu usaha untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit rematik anak kepada masyarakat umum khususnya para orangtua dan juga tenaga medis terutama pada layanan primer yang berperanan sebagai garda terdepan dalam sistem kesehatan suatu negara. Usaha ini diinisiasi oleh perkumpulan ahli reumatologi anak di eropa yaitu Paediatric Rheumatology European Society (PReS) (www.pres.eu) dan the European Network for Children with Arthritis and Autoinflammatory Diseases (ENCA) (www.enca.org) berupa peringatan hari rematik anak yang disebuat World yOung Rheumatic Diseases (WORD) Day (www.wordday.org) dan diperingati setiap tanggal 18 Maret dengan berbagai kegiatan dan edukasi untuk meningkatan kewaspadaan terhadap penyakit rematik anak.

Bagaimana mengenali gejala awal penyakit rematik anak?

           Penyakit rematik anak dapat menimbulkan berbagai gejala baik pada sistem muskuloskeletal maupun pada organ lainnya. Keluhan awal pada penyakit ini umumnya tidak spesifik, sehingga bisa tampak seperti penyakit lainnya. Gejala yang umum muncul adalah nyeri pada otot, sendi, maupun anggota gerak sehingga mengganggu pergerakkan. Keluhan ini dapat disertai bengkak, kemerahan, atau teraba hangat pada lokasi nyeri. Ciri utama dari penyakit ini tercermin dari sifatnya yang kronis, sehingga umumnya akan terjadi gejala yang hilang timbul dalam jangka waktu yang lama. Kewaspadaan harus ditingkatkan jika keluhan terjadi secara berulang atau jika tidak membaik sempurna setelah terapi awal diberikan.

           Beberapa kondisi lainnya yang juga harus menjadi perhatian baik bagi orang tua maupun tenaga kesehatan untuk kecurigaan ke arah penyakit rematik anak adalah sebagai berikut:5

  1. Anak dengan keluhan demam berulang.
  2. Penurunan berat badan atau gangguan pertumbuhan.
  3. Anak tampak lemas, pucat, dan tidak bersemangat dalam jangka waktu lama.
  4. Anak menjadi jarang beraktifitas atau sering tidak masuk sekolah.
  5. Terdapat keluhan kekakuan sendi pada saat bangun pagi atau setelah beristirahat.
  6. Anak berjalan pincang yang tidak membaik dengan terapi umum.
  7. Keluhan nyeri pada saat istirahat membaik dengan aktivitas.
  8. Mengalami kesulitan menaiki tangga atau kesulitan berdiri dari posisi tidur.
  9. Terjadi kemunduran dalam perkembangan motorik anak, sebagai contoh anak yang biasanya selalu bermain dengan berlari-lari kemudian tampak tidak mau berlari atau bahkan tidak mau berjalan, anak yang sebelumnya mampu menulis baik menjadi tulisan yang tidak dapat terbaca atau tidak mampu menulis, dsb.

Apa yang harus dilakukan jika curiga penyakit rematik anak?

          Orang tua yang mendapati anaknya mengalami gejala ke arah penyakit rematik harus segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Peranan orang tua pada situasi ini adalah sangat penting, oleh karena semakin dini anak dapat dideteksi maka umumnya akan semakin baik luaran yang diperoleh.           

          Dokter akan melakukan pemeriksaan khusus untuk skirining kelainan pada sistem muskuloskeletal yang memakan waktu cukup singkat. Setelah dilakukan pemeriksaan yang detail terhadap keluhan sistem muskoloskeletal pada anak, maka selanjutnya akan ditentukan jenis pemeriksaan penunjang (baik itu pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan lainnya) yang mungkin diperlukan untuk menunjang penegakkan diagnosis sesuai dengan temuan pada pemeriksaan awal. Langkah selanjutnya setelah diagnosis dapat ditegakkan adalah pemilihan jenis terapi yang sesuai. Pemilihan terapi ini tidak hanya dalam bentuk obat-obatan, namun juga dapat berupa terapi rehabilitasi medis dan dukungan psikologis untuk anak. Kemudian, pemantauan terhadap efektivitas terapi dan efek samping pengobatan harus dilakukan secara berkala untuk memastikan anak memiliki kualitas hidup yang baik walaupun menderita penyakit rematik.

Daftar Pustaka:
Egert Y, Egert T, Costello W, Prakken BJ, Smith EMD, Wulffraat NM. Children and young people get rheumatic disease too. Lancet Child Adolesc Heal. 2019 Jan;3(1):8–9.
Lihat Sumber
Moorthy LN, Peterson MGE, Harrison MJ, Onel KB, Lehman TJA. Physical function assessment tools in pediatric rheumatology. Pediatr Rheumatol. 2008 Dec 4;6(1):9.
Lihat Sumber
Mori M. Pediatric rheumatic diseases: a review regarding the improvement of long-term prognosis and the transition to adults. Immunol Med. 2018;41(1):2–5.
Lihat Sumber
Smith EMD, Ainsworth S, Beresford MW, Buys V, Costello W, Egert Y, et al. Establishing an international awareness day for paediatric rheumatic diseases: reflections from the inaugural World Young Rheumatic Diseases (WORD) Day 2019. Pediatr Rheumatol. 2020 Dec 11;18(1):71
Lihat Sumber
Malleson PN, Beauchamp RD. Rheumatology: 16. Diagnosing musculoskeletal pain in children. CMAJ [Internet]. 2001 Jul 24;165(2):183–8.
Lihat Sumber
Foster HE, Jandial S. pGALS – paediatric Gait Arms Legs and Spine: a simple examination of the musculoskeletal system. Pediatr Rheumatol [Internet]. 2013 Dec 12;11(1):44
Lihat Sumber
Ditulis Oleh:
dr. Ida Bagus Ramajaya Sutawan,Sp.A
Ditinjau Oleh:
dr. R.A. Myrna Alia, SpA(K)
Bagikan Artikel
Ditulis Oleh:
dr. Ida Bagus Ramajaya Sutawan,Sp.A
Ditinjau Oleh:
dr. R.A. Myrna Alia, SpA(K)
Bagikan Artikel

Dapatkan Informasi Terbaru

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru seputar
Anak Indonesia Sehat!

Berlangganan
Notifikasi
0 Comments
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar
Anak Indonesia Sehat
Situs ini dibuat untuk para orang tua sebagai wadah pendukung untuk terciptanya pertumbuhan dan perkembangan Anak Indonesia Sehat.
magnifiercrosschevron-down