UKK Nefrologi IDAI
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat rawan untuk terjadinya bencana, baik bencana alam maupun bencana lain seperti perang dan wabah penyakit. Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan angin puting beliung telah memakan banyak korban jiwa dan material di seluruh Indonesia. Wabah penyakit seperti pandemi Covid-19 dan merebaknya lagi berbagai penyakit menular akibat penurunan cakupan vaksinasi pada anak selama pandemi serta perselisihan antar suku dan aparat di beberapa tempat di Indonesia menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan terstruktur dan menyeluruh.
Masyarakat di kawasan Asia Pasifik telah diteliti mempunyai risiko 4 kali lebih rentan terkena dampak bencana alam dibanding masyarakat di wilayah Afrika dan 25 kali lebih rentan daripada di Amerika Utara dan Eropa. Laporan PBB tersebut memperkirakan bahwa lebih dari 18 juta jiwa terkena dampak bencana alam di Indonesia dari tahun 1980 sampai 2009. Dari laporan yang sama, Indonesia mendapat peringkat 4 sebagai salah satu negara yang paling rentan terkena dampak bencana alam di Asia Pasifik pada periode tahun 1980-2009. Laporan Penilaian Global Tahun 2009 pada Reduksi Risiko Bencana juga memberikan peringkat yang tinggi untuk Indonesia pada tingkat pengaruh bencana terhadap manusia, yaitu peringkat 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami. Sekitar 13% gunung berapi dunia yang berada di kepulauan Indonesia berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda. Secara umum didapatkan kenaikan lebih dari 10 kali lipat kejadian bencana alam dari tahun 1960 ke 2020 dengan peningkatan tingkat mortalitas, jejas, penyakit dan disabilitas.
Pengalaman menghadapi berbagai bencana masif seperti tsunami Aceh pada tahun 2004 dan gempa bumi Cianjur baru-baru ini memaksa diadakannya upaya cepat untuk mendidik masyarakat agar dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi bencana alam. Namun, upaya yang dilaksanakan sejauh ini tidak efektif karena persiapan menghadapi bencana alam belum menjadi mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Materi pendidikan yang berhubungan dengan bencana alam juga belum banyak didapatkan.
Berbagai masalah kesehatan yang timbul akibat kondisi bencana menyebabkan penambahan beban yang bermakna pada sistem kesehatan nasional dan penurunan kualitas hidup masyarakat, termasuk berbagai komplikasi berat yang muncul akibat terganggunya fungsi ginjal pada anak yang menghadapi bencana. Diperlukan kesiapan sistem kesehatan dengan daya resiliensi tinggi supaya dapat bertahan menghadapi segala bencana yang terjadi secara mendadak tersebut. Kondisi bencana juga dapat menimbulkan gangguan pada layanan kesehatan rutin bagi anak dengan penyakit ginjal kronik. Hal ini kemudian menyebabkan meningkatnya kejadian tidak diinginkan selama beberapa tahun ke depan.
Salah satu masalah ginjal yang dapat muncul saat bencana adalah kerentanan timbulnya gangguan ginjal akut akibat dehidrasi. Terjadinya bencana telah terbukti dapat mengganggu dan bahkan menghancurkan stabilitas kehidupan masyarakat. Kebutuhan pokok seperti bahan pangan dan air minum menjadi barang langka. Dengan minimnya ketersediaan air minum, mengingat bantuan masih dalam perjalanan, memunculkan kekhawatiran bahwa korban bencana rentan terkena gangguan fungsi ginjal. Gangguan ginjal akut dapat muncul akibat kondisi dehidrasi berat, saat asupan cairan benar-benar menurun. Dehidrasi adalah kondisi kurangnya asupan cairan, serta tubuh tidak memiliki cukup cairan untuk menjalankan fungsinya secara normal. Seperti yang telah diketahui, setiap cairan yang terbuang harus digantikan kembali dengan cara minum secukupnya. Ketika keseimbangan ini terganggu, dehidrasi akan muncul. Gangguan ginjal akut umumnya terjadi dengan cepat, dalam waktu beberapa hari saja. Dalam keadaan normal, umumnya yang mengalami gangguan ginjal akut adalah pasien rumah sakit yang dirawat intensif. Pada umumnya gangguan ginjal akut bersifat reversibel, yaitu fungsi ginjal bisa kembali normal atau mendekati normal ketika penyebab gagal ginjal telah tertangani. Beberapa gejala yang muncul ketika terjadi gangguan ginjal: jumlah urine berkurang, terdapat penumpukan cairan di tubuh, utamanya pergelangan kaki, sesak nafas, lemah dan kelelahan, nyeri dada, kejang dan koma, kebingungan, mual muntah.
Populasi bayi dan anak termasuk dalam kelompok risiko terkena ganggian ginjal akut karena bayi dan anak memiliki luas permukaan tubuh yang lebih besar dibandingkan volume tubuh, maka mereka akan lebih mudah mengalami kehilangan cairan dalam jumlah besar. Ada pula risiko bahwa mereka belum sensitif untuk merasakan haus (tanda kekurangan cairan). Selain itu, lansia dan pasien penyakit kronis dengan cuaca panas dengan kelembaban tinggi juga berisiko terkena gangguan ginjal akut. Bila dapat dideteksi dan ditangani dengan segera, prognosis dari penderita gangguan ginjal akut akibat dehidrasi akan sangat baik. Penanganan utama yang efektif meliputi pemberian asupan cairan yang cukup. Pemenuhan kebutuhan air minum, pangan, air bersih, dan kebutuhan mendesak lainnya harus segera terpenuhi, supaya masyarakat di kota-kota yang terdampak gempa maupun tsunami bisa kembali pulih segera.
Selain itu, efek bencana terhadap penyakit tidak menular (non-communicable diseases), termasuk penyakit ginjal kronik, harus mendapatkan perhatian pula. Bencana pandemi Covid-19 menyebabkan peningkatan angka kematian pasien penyakit ginjal kronik (termasuk pasien transplantasi ginjal), termasuk anak, karena terhambatnya pelayanan kesehatan, baik untuk pengobatan penyakit kronisnya (termasuk dialisis) secara berkesinambungan maupun untuk kondisi penyakit akut yang diderita selama pandemi. Diperlukan sistem kesehatan nasional yang bertujuan untuk pemerataan pelayanan kesehatan yang memadai sampai di perifer untuk meningkatkan kesehatan masyarakat serta mempunyai rencana kesiapsiagaan yang baik terhadap bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan yang kompleks sehingga memerlukan kebijakan pelayanan kesehatan yang multidisiplin sejak awal dalam perencanaan program dan sistem kesehatan nasional. Seringkali respon darurat untuk masalah kesehatan saat bencana tidak mencakup masalah ginjal atau penyakit ginjal kronik. Kolaborasi yang baik antara pemerintah dengan komunitas dokter ahli ginjal lokal dan internasional serta komunitas pasien ginjal kronik dan penyedia layanan dialisis diperlukan untuk dapat memberikan akses dan layanan kesehatan yang memadai selama kondisi bencana.
Meskipun masalah ginjal tidak selalu dapat dicegah dalam kondisi bencana, beberapa langkah berikut dapat diterapkan untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya gangguan fungsi ginjal pada anak. Rencana mitigasi terhadap masalah ginjal saat bencana antara lain dapat dilakukan dengan kewaspadaan sebagai berikut:
1. Mari tingkatkan kesadaran di seluruh dunia tentang pentingnya kesehatan ginjal kita!
2. Peristiwa bencana, baik lokal (gempa bumi, banjir, perang, cuaca ekstrem) atau global(pandemi COVID-19), dapat berdampak signifikan terhadap fungsi dan kondisi kehidupan seluruh komunitas, terutama mereka yang hidup dengan penyakit tidak menular (termasuk penyakit ginjal kronik).
3. Pasien ginjal mewakili lebih dari 850 juta orang di seluruh dunia dan sangat terpengaruh oleh peristiwa bencana karena kemampuan mereka untuk mengakses layanan diagnostik, perawatan, dan perawatan yang tepat mungkin terhambat.
4. Bersiap untuk kejadian tak terduga adalah kunci bagi pasien ginjal. Pembuat kebijakan perlu menerapkan strategi kesehatan terpadu yang mengutamakan pencegahan, deteksi dini, dan penanganan penyakit tidak menular (termasuk penyakit ginjal kronik).
5. Dalam keadaan darurat, layanan kesehatan perlu menyediakan akses perawatan yang memadai dan tepat bagi pasien penyakit kronis.
6. Hari Ginjal Sedunia menyerukan kepada pemerintah untuk memasukkan rencana kesiapsiagaan darurat dalam mengelola, mendeteksi, dan mencegah penyakit ginjal.
7. Pasien ginjal harus selalu siap untuk keadaan darurat dengan menyiapkan perlengkapan darurat yang mencakup makanan, air, persediaan medis, dan catatan medis.
Bila terjadi masalah ginjal pada anak pada kondisi bencana, maka dibutuhkan biaya pengobatan yang besar, anak juga terancam mengalami tumbuh kembang yang terhambat, berkendala dengan proses belajar di sekolah yang berakibat pada menurunnya prestasi, merasa rendah diri, dan yang paling membahayakan adalah risiko kematian dini. Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua dan masyarakat luas untuk mengenali faktor risiko dan gejala gangguan ginjal pada anak, serta selalu siap menghadapi kondisi darurat dengan menyiapkan perlengkapan darurat bagi pasien anak dengan penyakit ginjal kronik. Respon orang tua dan masyarakat terhadap masalah ginjal ini akan sangat mempengaruhi kualitas dan kelangsungan hidup anak.
World Kidney Day 2023
9 Maret 2023