Nyeri Dada pada Anak, Berbahayakah?

Diperbarui 15/10/2021

Nyeri dada pada anak merupakan salah satu keluhan yang kerap membuat orangtua cemas sehingga orangtua merasa perlu untuk memeriksakan anak ke dokter. Nyeri dada juga merupakan salah satu keluhan tersering yang menyebabkan anak dirujuk untuk konsultasi jantung. Berdasarkan data di Amerika, nyeri dada menjadi alasan 650.000 kunjungan rumah sakit per tahun untuk anak berusia 10 – 21 tahun. Orangtua yang membawa anak ke rumah sakit khawatir jika nyeri dada yang dikeluhkan oleh anak merupakan tanda dari penyakit jantung, terutama karena pada orang dewasa nyeri dada merupakan gejala utama penyakit jantung koroner yang membutuhkan pengobatan segera dan dapat bersifat fatal. Namun, benarkah demikian? Apakah penyakit jantung koroner juga juga merupakan penyebab tersering nyeri dada pada anak, termasuk remaja? Apakah nyeri dada pada anak berbahaya?

Nyeri dada pada anak  

Nyeri dada pada anak dapat dibedakan menjadi nyeri dada akibat kelainan jantung dan bukan karena kelainan jantung (non-kardiak). Ternyata pada anak, nyeri dada yang disebabkan oleh kelainan jantung hanya ditemukan pada kurang dari 5% kasus. Sementara, sebagian besar kasus nyeri dada pada anak disebabkan oleh kelainan non-kardiak.

Nyeri dada tidak terkait kelainan jantung

Kelainan bukan jantung (non-kardiak) menyebabkan 95 sampai 98% kasus nyeri dada pada anak, termasuk usia remaja. Apa saja itu? Masalah otot dan tulang (muskuloskeletal) pada dada atau dinding dada ternyata merupakan penyebab paling sering nyeri dada pada anak, misalnya kostokondritis, slipping rib syndrome, nyeri otot, atau nyeri karena trauma pada dada.

Kostokondritis merupakan peradangan yang terjadi di sambungan antara tulang iga dengan tulang dada yang mengandung jaringan tulang rawan. Nyeri umumnya bertambah dengan penekanan di daerah sambungan tulang tersebut,  gerakan pernapasan, atau tertawa. Kostokondritis biasanya terjadi beberapa hari setelah anak mengalami infeksi virus seperti flu atau setelah trauma minor. Namun, pada sebagian besar kasus tidak ada penyebab yang jelas. Meskipun tanpa pengobatan, nyeri dapat hilang dengan sendirinya dan jika sangat mengganggu anak dapat diberi antinyeri seperti parasetamol atau ibuprofen. 

Slipping rib syndrome memiliki karakteristik nyeri serupa dengan kostokondritis namun terletak di dada bagian bawah karena peradagan terjadi di iga 8 hingga 10. Nyeri otot dada biasanya berhubungan dengan aktivitas aktif anak dan remaja, atau kegiatan yang mengangkat beban. Biasanya pada nyeri otot dijumpai bersama dengan manifestasi kemerahan dan bengkak pada dinding dada. Nyeri dada akibat kelainan ringan pada tulang dan otot umumnya menghilang dengan istirahat dan memberian obat antinyeri.

Penyebab lain nyeri dada yang tidak berhubungan dengan kelainan jantung adalah kelainan paru, misalnya asma, infeksi paru dan saluran napas, atau peradangan selaput paru. Salah satu ciri khas nyeri dada terkait dengan gangguan paru/jalan napas adalah bertambahnya intensitas nyeri dengan gerakan pernapasan. Kelainan lain yang dapat menyebabkan nyeri dada adalah refluks gastroesofageal (aliran balik isi lambung ke dalam kerongkongan) atau radang lambung. Pada refluks, nyeri dada terasa di bagian tengah, terasa panas atau menusuk-nusuk, dan berhubungan dengan pola makan. Penyebab lain adalah kelainan psikogenik yaitu nyeri dada yang dicetuskan oleh rasa cemas.Untuk kelainan-kelainan tersebut, dengan mengatasi penyakit yang mendasari, maka nyeri dada akan menghilang.

Bagikan Artikel
Bagikan Artikel

Dapatkan Informasi Terbaru

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru seputar
Anak Indonesia Sehat!

Berlangganan
Notifikasi
1 Comment
Paling Lama
Paling Baru
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar
Raditya Arya Pratama
Editor
Raditya Arya Pratama
2 tahun lalu

Test

Anak Indonesia Sehat
Situs ini dibuat untuk para orang tua sebagai wadah pendukung untuk terciptanya pertumbuhan dan perkembangan Anak Indonesia Sehat.
magnifiercrosschevron-down