Kenali Lebih Dini Gejala Lupus pada Anak

Diperbarui 06/11/2021

Sistem imun atau kekebalan tubuh manusia berfungsi menjaga tubuh dengan cara melawan infeksi yang menyerang. Tetapi pada kondisi tertentu, sistem imun tubuh malah menyerang sel-sel dalam tubuh kita sendiri sehingga timbul berbagai gejala penyakit yang disebut penyakit autoimun. Salah satu penyakit autoimun yang sering dijumpai adalah lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematous, SLE) atau masyarakat mengenalnya dengan sebutan “Lupus”.

Apa itu lupus?

Lupus adalah suatu penyakit autoimun akibat tubuh memproduksi antibodi berlebihan yang menyerang jaringan tubuh sendiri di berbagai organ. Kerusakan organ selanjutnya akan menyebabkan berbagai keluhan dan gejala. Penyakit ini lebih banyak mengenai anak perempuan, dan angka kejadiannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada anak, sebagian besar penderita lupus berusia  9-15 tahun (masa pubertas).

Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit ini?

Penelitian-penelitian selama ini menunjukkan bahwa berbagai faktor mempengaruhi terjadinya penyakit ini seperti genetik, hormon, dan lingkungan (seperti paparan sinar matahari dan obat-obatan). 

Kapan kita harus mencurigai seorang anak mengalami lupus?

Penyakit lupus sulit untuk dikenali karena gejalanya yang beragam. Setiap anak dapat memiliki gejala yang berbeda dengan anak lainnya. Berikut adalah beberapa gejala yang dapat muncul dan membantu orang tua dalam mengenali penyakit lupus, antara lain:

1. Demam lama tanpa penyebab yang jelas

Seringkali pasien lupus datang ke rumah sakit karena keluhan demam ringan, hilang timbul, yang lama (berminggu-minggu atau berbulan-bulan) tanpa diketahui penyebabnya.

2. Anak tampak pucat dan memiliki riwayat transfusi darah berulang

Bila anak tampak pucat, mudah lelah, dan lesu, ada riwayat transfusi darah berulang, salah satu penyakit yang harus dipikirkan adalah lupus. Anak dengan anemia hemolitik autoimun pada perjalanan penyakit selanjutnya banyak yang menjadi lupus. 

 3. Mudah letih

Anak yang biasanya aktif kemudian menjadi tidak aktif, malas beraktivitas, harus waspada akan penyakit lupus.

4. Ruam pada kulit.

Ruam dapat muncul di wajah berbentuk seperti sayap kupu-kupu atau yang disebut dengan butterfly rash (bercak malar). Ruam lainnya yang berbentuk bulat-bulat, dapat muncul di bagian tubuh lain selain di wajah, seperti leher, batang tubuh, lengan dan tungkai yang disebut bercak diskoid.

5. Nyeri dan bengkak pada sendi.

Anak sering mengeluh nyeri dan bengkak pada persendian, umumnya di sendi-sendi besar seperti siku dan lutut.

6. Bengkak pada kelopak mata dan tungkai bawah

Salah satu gejala yang dapat timbul adalah bengkak pada kelopak mata dan tungkai bawah, diaertai buang air kecil yang lebih sedikit dari biasanya. Bila ditemukan keluhan ini harus waspada adanya kelainan ginjal akibat lupus.

7. Rambut rontok

Bila rambut anak rontok lebih dari 100 helai per hari, maka harus waspada kemungkinan adanya penyakit lupus.

8. Kulit sensitif terhadap sinar matahari

Kulit penderita lupus mudah mengalami bercak kemerahan yang menetap bila terkena sinar matahari.

9. Sesak napas dan nyeri dada

Penyakit lupus dapat menyerang organ paru-paru dan jantung, sehingga anak mungkin mengeluhkan adanya nyeri di daerah dada dan sesak napas.

Apa yang harus dilakukan bila ditemukan gejala di atas?

Segera periksakan ke dokter spesialis anak. Dokter selanjutnya akan menganjurkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah, urin, foto Rontgen dada, dan pemeriksaan jantung (ekokardiografi) untuk menegakkan diagnos

Bagaimana pengobatan anak dengan lupus?

Dokter akan memberikan obat untuk mengendalikan peradangan yang timbul untuk mencegah dan meredakan kerusakan organ.

Yang harus dilakukan oleh pasien adalah:

  • Minum obat dan kontrol secara rutin ke dokter sampai penyakitnya dinyatakan remisi (dalam kondisi perbaikan). Minum obat dapat berlangsung cukup lama, sampai bertahun-tahun tergantung derajat keparahan penyakit lupus.
  • Anak dengan lupus harus menghindari paparan sinar matahari langsung (memakai tabir surya, payung, baju lengan panjang)
  • Mengendalikan stress psikis
  • Membatasi konsumsi makanan berkadar garam tinggi
  • Minum suplemen kalsium dan vitamin D3 (untuk mencegah osteoporosis akibat efek samping obat)

Bagaimana prognosis penyakit ini?

Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang hanya dapat dikontrol agar gejalanya tidak kambuh. Kondisi anak dapat membaik (remisi) atau memburuk (kambuh, namun tidak dikatakan sembuh. Dibutuhkan kerjasama antara orangtua dan dokter spesialis anak untuk dapat menjaga kondisi anak tetap optimal sehingga penyakit dapat terkontrol.

Ditulis Oleh:
Dr. Gartika Sapartini, SpA(K)
Ditinjau Oleh:
Dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K)
Bagikan Artikel
Ditulis Oleh:
Dr. Gartika Sapartini, SpA(K)
Ditinjau Oleh:
Dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K)
Bagikan Artikel

Dapatkan Informasi Terbaru

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru seputar
Anak Indonesia Sehat!

Berlangganan
Notifikasi
0 Comments
Paling Lama
Paling Baru
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar
Anak Indonesia Sehat
Situs ini dibuat untuk para orang tua sebagai wadah pendukung untuk terciptanya pertumbuhan dan perkembangan Anak Indonesia Sehat.
magnifiercrosschevron-down