Disleksia: Apakah Dapat Dideteksi Dini?

Diperbarui 09/09/2022

Departemen/KSM Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP.DR Hasan Sadikin Bandung

Sering sekali orang tua merasa kesal mengapa anaknya sulit sekali saat belajar membaca, mengeja atau menulis. Anak sulit menghafal angka atau huruf. Tapi bila melihat tayangan di televisi, anak sangat cepat dalam meniru. Kadang anak sangat hebat dalam bidang menggambar namun sulit saat membaca. Kelainan apakah ini?

Mari kita sama-sama mengenali apa yang dimaksud disleksia.

Arti Disleksia

Disleksia atau gangguan membaca  spesifik merupakan kesulitan membaca, mengeja atau menulis pada anak yang tidak berhubungan dengan kecerdasan. Artinya kecerdasan anak normal atau di atas rata-rata namun mengalami kesulitan yang tidak terduga saat membaca, mengeja atau menulis.

Apakah disleksia sering terjadi?

Disleksia merupakan gangguan belajar spesifik yang sering terjadi. Sebanyak 80% anak dapat mengalami disleksia.

Disleksia sudah mulai dikenali sejak tahun 1960 an. Hingga saat ini sudah banyak tokoh dunia yang mengalami disleksia antara lain Albert Einstein, Muhammad Ali, Pablo Picasso, steven Spielberg, John Lennon, Richard Branson dan Tom Cruise.

Gambar 1. Beberapa Tokoh Dunia Yang Mengalami Disleksia.
Sumber : Nanda TA.2017.

Penyebab Disleksia

Penyebab disleksia adalah genetik (keturunan). Faktor risiko utama terjadinya disleksia dalah memiliki orang tua yang disleksia (23-65%)

Gejala Disleksia

Disleksia dapat mulai dikenali sejak taman kanak-kanak usia 4-5 tahun, saat memulai proses belajar membaca, mengeja maupun menulis. Di usia yang lebih muda anak mungkin mengalami keterlambatan bicara. Kesulitan membaca akan semakin jelas saat anak memasuki sekolah dasar kelas satu bahkan dapat menetap hingga anak remaja maupun dewasa. Pada anak yang lebih muda terjadi kesulitan dalam pemecahan masalah, proses berpikir, pembentukan konsep serta daya nalar.

Permasalahan dalam berbicara

  • Salah mengeja kata-kata yang panjang atau rumit
  • Bicara tidak lancar banyak terputus, banyak kata-kata “mmmhhmm”
  • Menggunakan bahasa yang tidak tepat
  • Sering mengucapkan kata dengan terbalik. Misal ‘tanaman’ diucapkan ‘tamanan’
  • Tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat
  • Sulit mengeluarkan kata meskipun sudah di ujung lidah
  • Butuh waktu untuk merespon suatu pertanyaan
  • Malu mengucapkan kata dengan keras karena takut salah mengucapkan
  • Sering diremehkan bila ada presentasi secaral oral.

Permasalahan dalam membaca atau menulis

  • Kemampuan membaca yang lambat
  • Kemampuan membaca huruf atau kata-kata baru yang lambat
  • Kesulitan memahami tata bahasa dan memberi imbuhan atau kata sambung pada suatu kata
  • Ketakutan membaca dengan keras karena takut salah.
  • Memiliki kinerja yang kurang baik bila harus mengerjakan soal pilihan ganda
  • Sering tidak dapat menyelesaikan tes secara tepat waktu
  • Kesulitan mengeja
  • Cara menulis yang kurang baik, sering menulis terbalik.
  • Kesulitan mendengarkan serta mempelajari bahasa asing
  • Kepercayaan diri yang rendah
  • Menghindari membaca, pemahaman kadang lebih baik bila didapatkan dari  sumber lain seperti film atau berdiskusi dengan orang lain
  • Kehidupan sosial menjadi terganggu

Dislesia dapat diobservasi sebelum sekolah formal

  • Keterlambatan bahasa
  • Kesulitan mempelajari irama atau ritme
  • Kekurangan menghargai ritme
  • Kesalahan mengeja  
  • Kesulitan belajar (mengingat) nama huruf dan angka. Misal sulit membedakan huruf ‘d’ dengan ‘b’ atau ‘p’ dengan ‘q’
  • Adanya riwayat keluarga dengan disleksia

Kelainan Yang Terjadi Pada Otak Anak Disleksia

Pada disleksia, area depan otak  terlihat lebih aktif  namun area belakang tidak aktif terutama daerah kiri. Kelainan ini terlihat saat dilakukan pencitraan kepala.

Gambar 2. Kelainan Di Otak Yang Terjadi Pada Anak Disleksia
Sumber : Shaywitz SE 2017.

Komplikasi disleksia

Disleksia sering diikuti dengan disgrafia (kesulitan menulis), discalculi (kesulitan menghitung), dispraksia (ceroboh).

Komplikasi jangka panjang antara lain kurangnya rasa percaya diri, masalah perilaku, agresif, kecemasan, kehidupan sosial menjadi terganggu hingga kesulitan mencari pekerjaan saat anak dewasa.

Penanganan Disleksia

Sebaiknya penyandang disleksia dilakukan penanganan sejak dini untuk menghindari komplikasi. Membuat rencana pendidikan secara individual diperlukan dalam penanganan disleksia. Pada anak yang berisiko mengalami disleksia misalkan adanya riwayat keluarga disleksia, sejak anak berusia 6 bulan atau kurang orang tua sebaiknya membacakan buku atau mendengarkan cerita bersama. Berusaha untuk menyediakan waktu membaca lebih banyak. Orang tua dan lingkungan anak harus selalu menyemangati anak saat belajar membaca, mengeja atau menulis. Buatlah suasana belajar membaca menyenangkan. Hubungi dokter anak anda bila kesulitan belajar ini sulit ditangani atau disertai gangguan perilaku lainnya.

Daftar Pustaka

  1. Shaywitz SE, Shaywitz BA. Dyslexia. Dalam : Swaiman KF, Ashwal S, Ferriero DM, Schor NF, penyunting. Pediatric neurology. Edisi ke-6. Cina: Elsevier; 2017. hlm. 443-6.
  2. Dyslexia. [Diunduh 26 Januari 2022]. Tersedia dari : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dyslexia/diagnosis-treatment/drc-20353557
  3. Ismail MZ, Balakrishnan V, Haruna K. Dyslexic children: the need for parents awareness. Journal of education and human development.2018;7(2):91-9.
  4. Farah R, Ionta S, Horowitz-Kraus T. Neuro-behavioral correlates of executive dysfunctions in dyslexia over development from childhood to adulthood. Frontiers in Psychology. 2021:32-6.
  5. Nanda TA, Putra YM. Enam tokoh hebat dunia penderita disleksia. [Diunduh 29 Januari 2022]. Tersedia dari : https://republika.co.id/berita/senggang/blitz/17/10/14/oxt0tu284-enam-tokoh-hebat-dunia-penderita-disleksia. 2017.
  6. Snowling MJ, Hulme C, Nation K. Defining and understanding dyslexia: past, present and future. Oxford Review of Education.2020;46(4):501-13.
Ditulis Oleh:
Mia Milanti Dewi
Bagikan Artikel
Ditulis Oleh:
Mia Milanti Dewi
Bagikan Artikel

Dapatkan Informasi Terbaru

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru seputar
Anak Indonesia Sehat!
Subscribe Newsletter CTA

Add your first comment to this post

Anak Indonesia Sehat
Situs ini dibuat untuk para orang tua sebagai wadah pendukung untuk terciptanya pertumbuhan dan perkembangan Anak Indonesia Sehat.
Hak Cipta © 2020 – 2025 Anak Indonesia Sehat
magnifiercrosschevron-down linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram