Masa remaja dicirikan dengan pertumbuhan biologis dan perubahan hormon, atau yang sering kita sebut dengan pubertas. Masa ini dimulai ketika seseorang memasuki usia 10 tahun hingga pertumbuhan tulangnya telah lengkap dan berhenti di usia 24 tahun, atau jika dilihat dari sisi perilakunya, masa remaja dikatakan berakhir ketika seseorang telah matang dan independen. Bagi seorang anak yang memasuki masa remaja, ia akan menghadapi begitu banyak perubahan mulai dari fisiknya, pola pikirnya, hingga sosial dan emosionalnya, dimana perubahan-perubahan tersebut akan sangat memengaruhi hidupnya di masa depan. Sayangnya, kesejahteraan di masa remaja seringkali terabaikan, terkadang hingga menimbulkan konsekuensi yang berat, termasuk dalam aspek kesehatan.
Berdasarkan Kemenkes remaja dikelompokkan menjadi remaja awal (usia 10-14 tahun), remaja menengah (15-16 tahun), dan remaja akhir (17-19 tahun). Di masa ini para remaja muda mulai merasakan dan menyadari bahwa diri mereka mengalami pubertas. Tanda-tanda seksual sekunder mereka juga mulai berkembang. Para remaja akan lebih memfokuskan perhatian mereka terhadap tubuhnya dan penampilannya. Perubahan fisik maupun emosional di masa ini membuat para remaja kehilangan kepercayaan diri mereka dan menjadi murung. Para remaja di masa ini juga mulai menjauh dari keluarga dan lebih menunjukkan ketertarikan mereka pada teman-teman sebayanya. Akibat perubahan-perubahan tersebut, remaja muda lebih berisiko mengalami masalah-masalah mental seperti gangguan makan, sedih terus menerus atau depresi, dan perilaku berisiko seperti penyalahgunaan alkohol dan narkoba.
Masa remaja berikutnya berlangsung dari usia 15 hingga 17 tahun. Di masa ini para remaja sudah terbilang matang secara fisik, terutama remaja perempuan, dan mulai memperhatikan bentuk fisik tubuhnya. Para remaja juga mulai mengembangkan pola pikir dan opininya sendiri yang unik. Ketertarikan remaja pada teman sebayanya tetap tinggi, dan mereka juga mulai menunjukkan ketertarikan seksual pada lawan jenisnya. Masa remaja ini merupakan masa yang penting bagi orangtua untuk melatih tanggung jawab dan kemandirian untuk mempersiapkan para remaja memasuki masa dewasa muda. Masalah kesehatan mental di masa remaja ini masih sama tingginya, sehingga anggota keluarga lain terutama orang tua diharapkan mampu mengenal dan mengenalkan anak-anak remajanya tentang kesehatan mental dan tanda-tanda bahayanya, serta bagaimana cara mengatasinya.
Remaja seringkali dikaitkan dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat, padahal dalam kenyataannya, remaja rentan sekali dengan berbagai macam masalah, termasuk masalah kesehatan. Pertumbuhan dan perkembangan remaja yang pesat baik dari sisi fisik, emosi, sosial, dan intelektual diiringi dengan rasa keingintahuan yang besar dan perilaku yang cenderung berani mengambil risiko tanpa pertimbangan yang cukup. Akses terhadap informasi yang baik, akurat, dan pengetahuan yang cukup akan membantu remaja dalam mengambil keputusan dan berperilaku. Ketika mereka mengambil keputusan yang tidak tepat, maka remaja akan menanggung berbagai bentuk masalah kesehatan fisik dan psikososial.
Organisasi kesehatan dunia mendefinisikan sehat sebagai keadaan sempurna baik dari aspek fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Kemenkes RI sendiri menyebutkan bahwa seseorang dikatakan sehat ketika mereka dalam kondisi yang baik dari sisi fisiknya, mentalnya, spiritual serta sosial yang memungkinkan orang tersebut untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kondisi kesehatan seseorang, terutama fisik, berkaitan erat dengan makanan yang dikonsumsi. Makanan yang kita makan akan memberikan tubuh kita energi untuk beraktivitas dan memberikan berbagai bahan bagi tubuh kita untuk berfungsi dengan normal. Jika makanan yang kita makan tidak memenuhi kebutuhan tubuh, proses metabolisme tidak dapat berjalan dengan baik dan kesehatan pun akan menurun.
Pola makan yang baik juga dibutuhkan oleh tubuh karena tiap sistem organ dalam tubuh manusia memiliki jadwal biologisnya sendiri yang apabila jadwal tersebut tidak terpenuhi, maka tubuh tidak dapat berfungsi maksimal. Berdasarkan data dari Global School Health Survey pada tahun 2015, para remaja memiliki beberapa gangguan dalam pola makan mereka seperti jarang makan sarapan, kurangnya konsumsi serat baik dari sayur maupun buah, dan seringnya makan makanan yang berpengawet dan berpenyedap. Remaja juga cenderung kurang melakukan aktivitas fisik sehingga rentan terhadap masalah gizi seperti obesitas. Ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga menyatakan bahwa terdapat tiga masalah gizi yang banyak dijumpai pada remaja di Indonesia, yaitu stunting, anemia, dan obesitas, dimana ketiga masalah tersebut dapat memberikan pengaruh jangka panjang bagi kesehatan remaja saat ini, di masa depan, dan bahkan bagi generasi selanjutnya.
Pola hidup dan pola makan yang diadaptasi saat anak-anak dan remaja akan menetap hingga dewasa dan memiliki pengaruh besar bagi kesehatannya sepanjang hidup. Oleh karena itu, penting untuk membentuk perilaku makan yang sehat sejak dini, terutama di masa remaja dimana tubuh membutuhkan banyak nutrisi untuk pubertas. Remaja yang mulai memperhatikan bentuk dan ukuran tubuhnya seringkali menerapkan pola makan yang tidak sehat. Beberapa remaja menurunkan berat badan dengan mengurangi jumlah makanan secara ekstrim agar mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan. Mereka juga terkadang menghilangkan beberapa nutrisi yang penting untuk tubuh seperti karbohidrat agar berat badannya berkurang. Padahal, pola pikir seperti ini tidak benar dan berbahaya karena tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik dalam keadaan kekurangan nutrisi.
Pola makan yang sehat meliputi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang masuk dalam tubuh. Organisasi kesehatan dunia menyarankan anak-anak dan remaja di seluruh dunia untuk mengonsumsi setidaknya 5 porsi buah dan sayur setiap hari, mengurangi konsumsi lemak jenuh dan garam, serta meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks dan serat. Jika satu piring penuh digambarkan sebagai sebuah lingkaran, maka buah dan sayur disarankan mengisi setengah dari lingkaran tersebut. Buah dan sayur yang berwarna merah dan jingga biasanya tinggi akan nutrisi mikro seperti vitamin, kalsium, dan serat. Sayur yang berwarna hijau juga penting untuk dikonsumsi karena tinggi kandungan zat besinya, dimana zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah yang berperan untuk mengangkut dan menyebarkan nutrisi-nutrisi ke seluruh tubuh. Tubuh yang kekurangan sel darah merah akan mudah lelah dan tidak dapat bekerja maksimal, kondisi ini disebut dengan anemia.
Sel-sel dalam tubuh membutuhkan protein untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Makanan berprotein tinggi seperti daging ayam, hewan laut, telur, tahu, atau kacang-kacangan dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan protein setiap harinya. Zat gizi kalsium juga dibutuhkan oleh tulang dan gigi. Kalsium didapatkan dari makanan seperti susu sapi dan produk-produk susu lainnya. Jika remaja memiliki alergi atau intoleransi terhadap susu atau laktosa, susu sapi dapat diganti dengan susu kedelai dengan tambahan kalsium. Selain karbohidrat dan protein, tubuh juga membutuhkan lemak untuk pertumbuhan kulit dan rambut. Namun, konsumsi lemak perlu diperhatikan karena memiliki hitungan kalori yang lebih banyak dan terkadang tidak sehat. Sebagian besar lemak didapatkan dari minyak. Makanan yang mengandung minyak sehat antara lain kacang dan biji-bijian, serta ikan dan makanan laut lainnya. Sumber lemak yang memadat dalam suhu ruang seperti lemak daging, mentega, dan keju seringkali mengandung lemak jenuh dan lemak trans yang tidak baik bagi tubuh jika dikonsumsi terlalu banyak. Kandungan lemak jenuh juga banyak ditemukan dalam makanan cepat saji, sehingga anak-anak dan remaja disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan tersebut terlalu sering.
Jumlah garam yang dikonsumsi juga perlu diperhatikan, terlebih jika para remaja memiliki orang tua yang menderita tekanan darah tinggi. Penyakit tekanan darah atau hipertensi sendiri dapat menyebabkan sakit jantung jika tidak dicegah dan diobati. Konsumsi garam dalam sehari disarankan sebanyak 2300 mg atau setara dengan 1 sendok teh. Makanan olahan seperti makanan kaleng dan makanan dalam kemasan biasanya memiliki kandungan garam yang lebih tinggi dibandingkan makanan yang dimasak sendiri. Ketika memasak, garam juga dapat diganti dengan rempah-rempah lain, dan jika terpaksa harus mengonsumsi makanan olahan, perhatikan kandungan garam yang tertera pada label nutrisi yang biasanya terdapat di bagian belakang bungkus makanan. Kandungan gula dari makanan yang dikonsumsi juga perlu diperhatikan. Buah dan sayur terkadang memiliki rasa manis yang alami. Makanan lain seperti minuman dalam kemasan, es krim, dan kue atau roti memiliki gula tambahan yang membuat mereka memiliki rasa manis. Gula tambahan ini lah yang sebaiknya dibatasi karena selain menambah jumlah kalori, terlalu banyak mengonsumsi gula akan membuat organ-organ dalam tubuh berkurang kepekaannya terhadap gula dan menyebabkan kencing manis di masa depannya. Jika remaja cenderung suka terhadap rasa manis, maka disarankan untuk mengonsumsi buah-buahan seperti apel atau pisang daripada permen atau cokelat.
Selain memperhatikan kandungan makanan yang dikonsumsi, remaja juga perlu menaruh perhatian lebih pada pola makan sehari-hari. Jika remaja ingin mendapatkan berat badan yang sehat dan ideal, beberapa hal yang dapat dicoba antara lain makan di waktu yang tepat dan disarankan untuk tidak melewati waktu makan, termasuk sarapan. Sarapan atau makan pagi dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktivitas dan mengganti energi yang digunakan saat remaja tidur malam. Jika remaja tidak memiliki banyak waktu untuk makan atau tidak ingin makan pagi yang terlalu berat, remaja dapat memilih buah-buahan seperti apel atau pisang untuk sarapan. Remaja juga disarankan untuk makan bersama keluarga. Selain porsi makanan yang dikonsumsi dapat terkontrol, makan bersama keluarga juga memberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berbagi cerita sehari-hari. Remaja juga dapat mengambil peran untuk menjaga kesehatan keluarga melalui makanan dengan cara ikut berpartisipasi dalam belanja dan perencanaan makanan sehari-hari.
Kesehatan merupakan dasar bagi remaja untuk memiliki kualitas hidup yang baik. Fisik yang sehat dikaitkan dengan sistem imun yang kuat. Sistem imun yang kuat akan menjaga tubuh dari serangan berbagai macam penyakit. Tubuh yang sehat juga membantu para remaja membentuk pola pikir yang sehat sehingga terbentuklah perilaku yang sehat pula. Remaja yang sehat dapat berpartisipasi dengan baik di sekolah. Selain menjadi tempat menimba ilmu, sekolah juga berperan dalam membentuk kemampuan sosialisasi remaja dengan teman-teman sebayanya. Hubungan sosial yang baik juga penting untuk kesehatan mental remaja. Hubungan sosial yang baik dihubungkan dengan meningkatnya kepercayaan diri, rasa kepemilikan, dan dukungan emosi yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Remaja yang sehat dan berkualitas akan memiliki tingkat kecerdasan yang baik pula. Tingkat kecerdasan yang baik dapat dilihat dari kemampuan berpikir dengan tajam serta pengetahuan dan pemahaman yang luas dan mendalam. Selain kecerdasan berpikir, remaja berkualitas juga memiliki tingkat kecerdasan emosi yang baik pula. Mereka mampu bekerja keras, mandiri, mampu bersaing dan bekerja sama dengan baik dengan orang-orang di sekitarnya. Remaja yang berkualitas juga mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya menjadi suatu kemampuan yang khas yang memungkinkan dirinya menjadi sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas tinggi.
Kesehatan bagi para remaja erat kaitannya dengan emosi yang positif dan stabil, rasa puas dalam menjalani hidup, dan kesiapan yang baik dalam memasuki masa dewasa. Remaja yang sehat akan tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat pula. Kesehatan orang dewasa dikaitkan dengan produktivitas yang tinggi. Mereka mampu mendapatkan pekerjaan yang baik untuk menghidupi dirinya dan menjadi individu yang independen. Ketika orang dewasa memiliki kesehatan yang baik, mereka juga mampu membangun keluarga yang sehat pula.
Referensi: