Menurut WHO, anemia merupakan suatu kondisi tubuh dengan jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) berada dibawah nilai normal. Hemoglobin berfungsi mengikat oksigen dan nutrisi, serta menghantarkannya ke seluruh tubuh.
Dampak anemia pada remaja adalah terutama dapat mengganggu perkembangan meliputi gangguan belajar dan penurunan prestasi akademik karena gangguan konsentrasi, rentan terhadap infeksi, peningkatan angka putus sekolah, serta mengurangi kebugaran fisik dan penurunan produktivitas.
Jenis Anemia yang sering terjadi pada remaja
- Anemia nutrisional (akibat kekurangan zat besi, asam folat, atau vitamin B12)
- Anemia penyakit kronis (contohnya akibat infeksi)
- Anemia akibat perdarahan (terutama anak perempuan yang telah mengalami menstruasi)
- Pembawa sifat talasemia
Mengapa remaja lebih rentan mengalami anemia?
- Remaja yang memasuki masa pubertas sedang mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga kebutuhan mikronutrien juga meningkat
- Remaja sering melakukan diet yang tidak terarah sehingga mengganggu asupan protein hewani untuk pembentukan Hb darah
- Pada saat menstruasi, remaja perempuan akan kehilangan darah sehingga kebutuhan zat besi meningkat 2x lipat saat periode mensturasi
Cara pencegahan anemia pada Remaja
- Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Contoh makanan kaya akan zat besi adalah hati, ikan, daging merah dan unggas, kangkung, dan kacang-kacangan. Konsumsi vitamin C juga dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
- Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
Mengonsumsi makanan yang sudah difortifikasi dengan zat besi seperti tepung terigu, beras, minyak goreng, dan mentega.
- Suplementasi zat besi
Pada saat asupan zat besi tidak mencukupi kebutuhan, maka suplementasi zat besi perlu diberikan dalam bentuk tablet tambah darah (TTD).
- Skrining anemia di fasilitas kesehatan terdekat, apakah mengalami anemia atau tidak, apakah remaja adalah seorang pembawa sifat talasemia atau tidak.